Ahli menjelaskan perbedaan gejala DBD, tifus dan malaria

id DBD,malaria,tifoid,gejala DBD,demam berdarah dengue

Ahli menjelaskan perbedaan gejala DBD, tifus  dan malaria

Ilustrasi - demam (ANTARA/Pexels)

Jakarta (ANTARA) - Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM menjelaskan perbedaan demam berdarah dengue (DBD), tifoid (biasa disebut tifus) dan malaria yang memiliki gejala hampir mirip.

"Ini lumayan sulit, karena gejalanya sama-sama demam," kata Adityo dalam sebuah webinar kesehatan pada Kamis. Adityo memaparkan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ciri nyamuk tersebut memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya. Salah satu kunci penting dari gejala DBD adalah demam tinggi yang muncul mendadak, kemudian pasien juga mengalami sakit kepala hebat, mata berat, nyeri otot, dan lemas.

Baca juga: Mengenali beda gejala demam dengue dan DBD
Baca juga: 12 kasus demam berdarah terjadi di Sumbawa Barat


Gejala tersebut, kata Adityo, muncul saat fase awal di mana virus sedang sangat aktif yang pada umumnya berlangsung selama tiga hari. "Uniknya, setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif. Proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Ini akan berlangsung tiga hari, tapi beberapa kasus bisa extend," ujar Adityo.

Sedangkan tifoid, Adityo mengatakan penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang biasanya ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Menurut dia, gejala demam tifoid tidak mendadak seperti DBD, melainkan muncul secara bertahap.