NTB BELUM TERIMA LAPORAN TKI TEWAS DIANIAYA DI MALAYSIA

id

     Mataram, 3/5 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, belum menerima laporan resmi dari Kedutaan Besar RI atau Kementerian Luar Negeri, terkait tewasnya warga Lombok Timur, Sapril (35), akibat penganiayaan di Malaysia, 30 April 2012.

     "Belum ada laporannya atau pemberitahuan resmi dari KBRI di Malaysia atau Kementerian Luar Negeri di Jakarta," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertras) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Mokhlis, di Mataram, Kamis, ketika dikonfirmasi tentang kasus yang menimpa Sapril di Malaysia.

     Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) NTB Syahrum, yang dikonfirmasi terpisah juga mengaku belum menerima pemberitahuan resmi dari KBRI atau pihak terkait di Jakarta.

     Bahkan, Syahrum mengaku baru mendengar adanya kasus penganiayaan hingga menewaskan seorang warga Lombok Timur itu, di Malaysia, ketika hal itu dikonfirmasi.

     "Belum ada laporannya pak, saya juga baru tahu hal itu, tapi saya akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," ujar Syahrum yang tengah berada di Jakarta, untuk suatu kepentingan.

     Baik Mokhlis maupun Syahrum, keduanya menyarankan sanak keluarga dari Sapril, TKI yang tewas dianiaya di Malaysia itu, segera melaporkan permasalahan tersebut di Kantor Disnakertrans NTB atau BPT3TKI NTB.    

     Laporan pengaduan sanak keluarga itu, akan dijadikan dasar untuk berkoordinasi langsung dengan pejabat terkait di KBRI Malaysia, atau Kementerian Luar Negeri di Jakarta, serta pejabat Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

     "Datanglah ke kami agar kami tahu permasalahannya, untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku," ujar Moklis.

     Kasus kematian Sapril itu diungkapkan kakaknya Masriadi, yang mengaku sempat berkoordinasi via telepon genggam dengan aparat kepolisian Diraja Malaysia, Selasa (1/5), menggunakan telepon genggam milik Sapril.

     Sapril yang berstatus duda dua anak itu, berasal dari Kampung Teranjah-anjah, Dusun Mandi, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

     Ia masuk ke Malaysia menggunakan paspor kunjungan sosial budaya, pada 8 April 2012, sebagai kunjungan keduanya di Malaysia. Selanjutnya, ia bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit di Ipoh Perak, Johor, Malaysia Barat.

     Masriadi mengaku terakhir berbicara via telepon dengan adiknya Sapril pada Minggu (29/4) malam sekitar pukul 22.00 Wita.

     Ia menduga kasus penganiayaan yang menimpa adiknya itu, terjadi pada Senin (30/4), karena keesokan harinya, ia menghubungi adiknya melalui telepon genggam, namun yang menjawab orang yang mengaku sebagai polisi Diraja Malaysia, yang kemudian mengabarkan kalau Sapril telah tewas akibat dianiaya orang tak dikenal.

     Informasi lainnya yang sempat berhembus ke telinga sanak keluarga Sapril di Lombok Timur, yakni penganiayaan itu terjadi karena Sapril terindikasi hendak merampok.

     Versi sanak keluarganya, kini jenasah Sapril masih disemayamkan di Rumah Sakit Ipoh Perak, Johor, Malaysia Barat.

     Dikabarkan kepada sanak keluarganya kalau kasus itu telah ditangani KBRI Malaysia, namun Kepala Disnakertrans NTB Mokhlis dan Kepala BP3TKI NTB Syahrum mengaku, belum mendapat kabar apa pun dari KBRI di Malaysia maupun Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta. (*)