SMKN LOMBOK BARAT MANFAATKAN RONGSOKAN BUAT "GOKART"

id

     Mataram, 12/11 (ANTARA) - Para siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Lingsar, Kabupaten Lombok Barat,  Nusa Tenggara Barat memproduksi "gokart" dari bahan rongsokan untuk mengasah kemampuan mereka di bidang otomotif.

     "Para siswa kini tengah merakit gokart dengan memanfaatkan barang bekas. Itu sebagai salah satu bentuk kecintaan para siswa di bidang otomotif," kata Kepala SMKN 1 Lingsar Makbullah, di Lingsar, Lombok Barat, Senin.

     Gokart merupakan varian dari kendaraan roda empat dengan atap terbuka untuk olah raga motor yang ukuran lintasan dan sirkuitnya relatif kecil.

     Menurut Makbullah, perakitan gokart dimulai sejak dua bulan lalu dan ditargetkan rampung dalam bulan ini. Bahan-bahan yang digunakan untuk perakitan gokart tersebut berasal dari sisa bahan praktik siswa jurusan otomotif.

     Sementara mesinnya memanfaatkan mesin motor matic berkapasitas 125 cc yang berusia cukup tua dan tidak terpakai lagi.

     Ia mengatakan, hasil kreativitas siswa yang merupakan generasi pertama itu akan diluncurkan pada hari ulang tahun sekolah 17 Januari 2013.

     Pihaknya berharap kendaraan tersebut ke depan bisa dikombinasikan dengan teknologi mesin lainnya seperti mesin pemotong rumput, mesin parut kelapa dan mesin lainnya.

     "Sampai saat ini, kami masih menerima masukan dari masyarakat, kira-kira mesin apa yang dibutuhkan sehingga bisa dikombinasikan dengan mobil dari barang bekas atau rongsokan buatan kami. Harganya juga sangat terjangkau," katanya.

     Makbullah menyebutkan, satu unit gokart itu diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar RP10 juta yang seluruhnya berasal dari uang komite sekolah.

     "Dana dari komite sekolah yang terhimpun selama ini kami arahkan untuk menunjang kegiatan praktik siswa sehingga bisa lebih bermanfaat," ujarnya.

     Ia mengatakan, pihaknya juga berencana akan membuat gokart generasi kedua pada 2013. Hal itu sebagai bentuk komitmen sekolah kejuruan dalam mengembangkan kreativitas dan bakat siswa sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

     Namun ia mengakui masih membutuhkan dukungan pihak ketiga baik pemerintah daerah maupun swasta, sehingga para siswa ke depan bisa merakit bahkan memproduksi mobil nasional.

     "Kami akui sampai saat ini masih  membutuhkan bantuan pihak ketiga, apalagi swasta. Kami punya mimpi besar bisa memproduksi mobil Esemka seperti siswa SMK di Solo, tetapi dengan menggunakan bahan daur ulang," ujarnya.

(*)