Mataram,(Antara Mataram) - Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat BH Arsyad Gani menilai minat baca masyarakat daerahnya cukup tinggi terbukti dengan kian banyaknya permintaan pelayanan perpustakaan keliling dari desa-desa.
"Karena itu sebenarnya kurang tepat kalau angka buta aksara di NTB tinggi, karena permintaan pelayanan perpustakaan keliling cukup banyak. Mereka sebenarnya ingin membaca hanya saja belum memiliki bahan bacaan, karena membeli buku belum menjadi prioritas," katanya di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, sebagian besar masyarakat terutama dari kalangan tidak mampu memprioritaskan kebutuhan sandang, pangan dan papan, sementara buku sebagai bahan bacaan belum menjadi prioritas.
Karena itu, kata Arsyad, pihaknya berupaya melayani kebutuhan bacaan bagi masyarakat di perdesaan itu dengan memberikan pelayanan melalui perpustakaan keliling yang bisa menjangkau hingga ke pelosok desa.
"Hampir semua desa terpencil meminta dilayani perpustakaan keliling. Alhamdulillah kabupaten sudah mulai jalan dengan mengerahkan perpustakaan keliling, selain itu juga disiapkan taman bacaan di sejumlah tempat rekreasi," katanya.
Menurut dia, setiap pagi perpustakaan keliling dibuka di sejumlah tempat rekreasi, seperti di Taman Udayana dan Taman Sangkareang, Taman Loang Balok Mataram. Selain itu juga di kawasan wisata Senggigi ada perpustakaan keliling yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Kami dari tingkat provinsi mengoperasionalkan empat unit mobil perpustakaan keliling dan kabupaten/kota juga memiliki mobil perpustakaan tersebut, masing-masing mengoperasikan satu hingga dua unit," ujarnya.
Untuk menjangkau daerah terpencil, menurtut Arsyad, pihaknya belum mampu. Karena itu diharapkan kabupaten bisa memberikan pelayanan hingga ke pelosok desa yang jauh dari perpustakaan yang ada di kota.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah NTB juga membantu seluruh perpustakaan desa. Hingga kini sekitar 90 persen desa dan kelurahan yang ada di NTB dibantu masing-masing 1.000 eksemplar buku dari berbagai judul.
Namun, katanya, bantuan buku itu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, seperti buku keterampilan, buku pertanian, peternakan, anyam-anyaman, buku-buku agama dan bacaan kalangan remaja.
"Selain itu kami juga membantu perpustakaan rumah ibadah. Hingga 2012 sebanyaik 542 rumah ibadah yang dibantu baik masjid, pura maupun gereja. Bantuan bantuan untuk rumah ibadah itu antara 250 hingga 300 eksemplar termasuk untuk pondok pesantren," katanya.
Menurut Arsyad, bantuan buku tersebut diberikan setiap tahun, namun jumlahnya disesuai dengan ketersediaan anggaran.
Mengenai jumlah koleksi buku khusus di Perpustakaan Daerah NTB hingga kini mencapai 400.000 eksemplar terdiri dari ribuan judul. Koleksi tersebut akan terus ditambah setiap tahun.
"Kita masih mengalami kekurangan buku soal kesehatan termasuk buku-buku ilmu kedokteran dan farmasi serta buku-buku teknik. Buku-buku mengenai teknologi informasi juga relatif terbatas," kata Arsyad.
Dia mengatakan, tingginya minat baca tersebut juga tercermin dari kian meningkatnya angka pengunjung perpustakaan di NTB yang setiap tahun mencapai 1 juta orang.
Sementara jumlah anggota perpustakaan juga mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada tahun 2011 jumlah anggota perpustakaan hanya 5.000 orang, meningkat 100 persen lebih pada 2012 menjadi 10.304 orang.
Permintaan pelayanan perpustakaan keliling di NTB tinggi
Karena itu sebenarnya kurang tepat kalau angka buta aksara di NTB tinggi, karena permintaan pelayanan perpustakaan keliling cukup banyak