Pasraman Satyam Eva Jayate usung konsep kebangsaan dan nasionalisme

id Pasraman Satyam Eva Jayate ,rumah kebangsaan

Pasraman Satyam Eva Jayate usung konsep kebangsaan dan nasionalisme

Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate yang dilaksanakan upacara melaspas (penyucian) bertepatan dengan Hari Suci Saraswati dan Hari Kebangkitan Nasional di Denpasar, Sabtu (20/5/2023). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Denpasar (ANTARA) - Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate yang terletak di kawasan Desa Penatih, Kota Denpasar, Bali mengusung konsep kebangsaan dan nasionalisme, sekaligus dapat menjadi tempat untuk mewadahi aktivitas generasi muda.

"Ini memiliki konsep kebangsaan dan nasionalisme. Pondasi bangunan dibangun dari batu seluruh Nusantara dari Sabang sampai Papua, dari Miangas sampai Pulau Rote Ndao," kata Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan Kebhinnekaan Ketut Udi Prayudi di Denpasar, Sabtu.

Udi menyampaikan hal tersebut dalam ritual "melaspas" atau penyucian bangunan sekaligus dibukanya Rumah KaKek (Kebangsaan dan Kebhinnekaan) untuk segala aktivitas bagi generasi muda bertepatan dengan Hari Suci Saraswati dan Hari Kebangkitan Nasional.

Mantan anggota KPU Bali ini menilai momen melaspas ini sangat spesial karena bertepatan dengan hari suci Saraswati dan Hari Kebangkitan Nasional yang menandakan spirit Pasraman Satyam Eva Jayate yang teguh terhadap dharma negara (kewajiban terhadap negara) dan dharma agama (kewajiban beragama). "Harapannya momentum hari turunnya ilmu pengetahuan ini bisa membangkitkan semangat generasi muda untuk berbuat bagi negara," ujar Udi.

Mantan staf KPU RI ini menambahkan di Pasraman ini tidak terlepas dari angka atau simbol 17-8-45 atau tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. "Boleh percaya boleh tidak dan bisa diukur sendiri bangunan ini ada tiang dan tangga. Ukurannya 17 cm untuk anak tangga, 8 buah tiang atau pilar utama dan lebar anak tangga 45 cm. Di sini juga ada biopori sebanyak 178 buah, simbol 17 bulan 8," katanya.

Untuk ruangan yang ada diberi nama-nama pahlawan dari seluruh Nusantara dari berbagai suku dan agama, seperti Ruang Bung Karno (Jawa), Ruang Bung Hatta (Sumatra), Ruang Gusdur (Jawa), Ruang Tjilik Riwut (Kalimantan), Ruang Cut Nyak Dien (Aceh), dan Ruang John Lie (Sulawesi).

Selanjutnya Ruang Frans Kasiepo (Papua), Ruang Mr Ida Anak Agung Gede Agung (Bali), Ruang Christina Martha Tiahahu (Maluku) & Ruang Ida I Dewa Istri Kanya (Bali). "Kami juga punya holly wall yang berisikan 17 kata-kata bahasa daerah tentang persaudaraan dari seluruh Nusantara. Holly wall ini mengapit Padma Candi Nusantara," katanya lagi.

Mengusung jargon kebangsaan dan kebhinekaan Rumah KaKek ini dibangun untuk mewadahi beragam kegiatan pengembangan dan pembangunan generasi muda. Termasuk kegiatan kreatif, seni budaya dan kegiatan lainnya.

"Yang terpenting Pasraman Satyam Eva Jayate ini terbuka untuk siapapun tanpa membedakan suku dan agama. Dari kelompok manapun, agama apapun silakan kalau berkegiatan di sini. Asalkan positif dan membangun Indonesia," ujar aktivis dan pegiat eco enzim ini.

Pasraman ini juga diklaim menjadi yang pertama di Indonesia yang menerapkan spirit, narasi hingga bangunan berkebangsaan. Yang tidak kalah menarik, acara melaspas yang dipuput (dipimpin) oleh Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Gandha Kesuma dari Griya Giri Gandha Madana Penatih ini menggunakan tirta yang berasal dari 45 pura di seluruh Nusantara. Jumlah ini juga sama dengan air yang dituangkan di kolam lingga yoni.

Ketua panitia melaspas I Ketut Sae Tanju mengatakan pihaknya melibatkan sebanyak 45 orang pengayah. Masing-masing mendapat bagian untuk membawa dan ngetisin tirta (memercikkan air suci) dari berbagai daerah ini.

"Kami libatkan anggota KMHDI se-Bali termasuk para alumni sebagai pengayah untuk ngetisin tirta. Memang sengaja tidak dicampur, biar tetap sesuai asal dan jumlah aslinya," terang Tanju usai acara melaspas. Sebagai tempat dan wadah berkreativitas, Tanju menambahkan berbagai acara dan kegiatan terus dilaksanakan. Tak perlu menunggu lama, kegiatan sudah terjadwal hingga 1 Juni mendatang.

Baca juga: Keberagaman simbol persatuan di Kota Tangerang
Baca juga: Perencanaan Sekolah Kebangsaan Surabaya harus lebih baik


Di antaranya kelas yoga dan meditasi, pembuatan biopori dan eco enzim, orasi kebangsaan, donor darah, hingga pentas seni. "Acara sampai nanti pada saat tanggal 1 Juni. Kenapa hingga tanggal 1, karena kami ingin menjadikan kelahiran Pancasila sebagai puncak acara," ujar ketua FA KMHDI Bali.

Acara melaspas ini juga dihadiri oleh anggota DPR dan DPD RI, anggota DPRD Bali, Wali Kota Denpasar, Kapolresta Denpasar serta sejumlah anggota FA KMHDI dari berbagai daerah di Tanah Air.