SIAPA YANG LAYAK JADI PENDAMPING SBY

id



oleh Joko Susilo

Jakarta (ANTARA) - Siapa pendamping calon presiden (capres) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga saat ini masih menjadi pertanyaan dan misteri, ditambah dengan perdebatan antara kader partai politik (parpol) dan tokoh profesional, serta pertarungan konsep ekonomi liberalisme dan ekonomi kerakyatan.

Bursa nama bakal cawapres yang akan mendampingi SBY semakin ramai, seperti Mensesneg Hatta Radjasa, mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung, Gubernur BI Boediono, Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan figur lainnya kerap disebut untuk dapat duduk di kursi RI 2.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Mallarangeng, seusai diskusi publik di Jakarta, Kamis (7/5), mengatakan siapa yang layak, keputusannya ada di tangan SBY, karena partai Demokrat telah memberi mandat penuh untuk untuk menentukan pasangannya.

Dia menyebut beberapa tokoh dari parpol dan profesional telah menjadi pertimbangan SBY untuk dijadikan calon wakil presiden (cawapres) yang akan bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) pada 8 Juli 2009 mendatang.

Menanggapi soal pertarungan calon dari parpol dan profesional ini, Andi yang juga menjabat sebagai juru bicara kepresidenan ini mengatakan bahwa calon pasangan SBY haruslah orang yang diterima oleh semua pihak dan memenuhi kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

Lima kriteria cawapres yang disebutkan oleh SBY memiliki integritas kepribadian yang baik, kapabilitas, memiliki loyalitas penuh kepada presiden sebagai kepala pemerintahan dan bukan sebagai pribadi, bisa diterima oleh masyarakat luas, harus meningkatkan kekokohan dan efektivitas dari koalisi yang terbangun pada pemerintahan berikutnya.

Menanggapi masalah perbedaan pendapat antara cawapres dari parpol atau profesional, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Andrinov Chaniago mengatakan SBY bisa memilih bakal cawapres berdasarkan keinginannya, karena tidak ada partai yang bisa memaksakan kehendak untuk mengajukan bakal cawapres.

"Dengan perimbangan suara yang dimiliki Partai Demokrat dan para koalisinya, maka tidak ada yang bisa memaksa kehendaknya untuk mengajukan cawapres," jelasnya.

Sedangkan pengamat politik Bachtiar Effendi, SBY bisa maju sendiri jika partai koalisi memaksakan untuk menempatkan kadernya sebagai cawapres.

Tentang berbagai kalangan yang menolak tokoh profesional karena dianggap tidak memiliki kendaraan partai, Bachtiar menganggap pendapat tersebut tidak objektif.

"Pendapat ini tidak objektif. Berilah kesempatan pada kaum profesional, karena yang penting siapa nanti yang akan dipilih SBY," kata Bachtiar, di Jakarta, Rabu.

Dia juga menyebut kader parpol yang tergabung dalam koalisi tersebut bisa mendapat jatah menteri kabinet dalam pemerintahan yang dibangun bersama.

"Untuk menentukan pilihannya, SBY cukup sendiri, sedangkan partai koalisinya cukup untuk mengisi pembantunya (menteri-menteri)," tegasnya.

Tentang kekhawatiran tokoh profesional, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono yang berhaluan ekonomi pasar (liberalisme) akan menghambat perolehan suara SBY.

Dia juga menyebut bahwa yang menolak paham ekonomi liberalisme itu tidak terlalu banyak. "Berapa banyak sih orang yang menyebut itu," tegasnya.

Bachtiar menyebut korelasi konsep ekonomi yang dianut SBY tidak berbeda jauh dengan yang ada sekarang.

"Kita lihat hasilnya nanti. Jika perolehan suara SBY kurang dari 50 persen, paham itu sangat berpengaruh," katanya.

Untuk itu layak kita tunggu siapa yang akan digandeng SBY untuk dijadikan cawapresnya yang kan dideklarasikan pada 15 Mei 2009 mendatang.

"Nama cawapres masih ada di kantong Pak SBY, saya belum lihat-lihat, tidak sempat ngintip-ngintip," kata Andi Mallarangeng.



Deklarasi Cawapres SBY



Belum diumumkannya siapa pasangan SBY ini telah memunculkan berbagai manuver politik dan deklarasi cawapres yang diajukan beberapa parpol anggota koalisi.

PKS telah mendeklarasikan Hidayat Nurwahid, PAN dengan Hatta Rajasa sebagai calonnya dan Muhaimin Iskandar juga dicalonkan PKB untuk mendampingi SBY maju dalam pilpres 8 Juli 2009 mendatang.

Tidak hanya dari anggota koalisi, setelah Partai Golkar mengijinkan kadernya bisa menjadi cawapres di luar partainya, muncul nama seperti Akbar Tandjung dan Fadel Muhammad.

Bachtiar Effendi mengatakan mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung layak untuk dipertimbangkan menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi calon presiden (capres) SBY dibanding kader Golkar lainnya.

Menurut Bachtiar Effendi, banyak kader Golkar yang mampu untuk dicalonkan menjadi cawapres seperti Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie dan Fadel Muhammad.

Namun, Bachtiar meragukan apakah SBY mau memilih Akbar sebagai pendampingnya setelah Golkar menentukan pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto sebagai pasangan Capres-cawapres dalam pilpres mendatang.

Andi Mallarangeng, juga menegaskan bahwa Partai Demokrat belum menerima usulan nama cawapres secara resmi dari Partai Golkar maupun dari kader Golkar secara langsung.

"Kalau dari usulan resmi Golkar kan tidak ada. Kalau dari kader Golkar saya tidak hitung itu yang mana," kata Andi Mallarangeng.



Demokrat-PDIP Merapat?

Berbagai pemberitaan tentang merapatnya Demokrat dan PDIP yang sebelumnya tidak harmonis ini bisa mengubah peta politik Indonesia.

Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo mengatakan kemungkinan koalisi PDIP dengan Partai Demokrat bisa saja terjadi, walaupun kecil.

"Secara logika, 80 persen susah terjadi, tetapi 20 persen sisanya bisa terjadi. Dalam politik segalanya bisa terjadi," kata Ganjar.

Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Situmpul juga tidak membantah kalau partainya telah melakukan ajakan untuk melakukan koalisi.

Ruhut mengungkapkan bahwa Partai Demokrat telah berkali-kali melakukan pertemuan dengan Taufik Kiemas Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP.

"Kita mengerti keberadaan PDIP dan keberadaan Bu Mega. Beliau mantan presiden, negarawan dan pimpinan parpol besar. Karenanya kami sabar menunggu. Partai Demokrat sabar menunggu PDIP. Para pimpinan PDIP bersabar, kita saling pengertian. Bagaimana pun kita mau `everybody happy`. Kita mau kemenangan kita tanpa sakiti hati orang lain," katanya.

Jika koalisi Demokrat-PDIP ini terjadi, maka bakal calon cawapres akan kembali bertambah. Beberapa alternatif bakal calon cawapres dari PDIP, seperti anak kandung Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani dan Sekretaris Jendral (Sekjen) PDIP Purnomo Anung.

Untuk itu layak kita tunggu siapa pendamping SBY dalam pilpres 8 Juli 2009 mendatang. Kita baru mengetahui 15 Mei atau sehari sebelum pendaftaran capres-cawapres untuk mengikuti pilpres ditutup 16 mei 2009. (*)