Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur, Bali, diharapkan dapat menjadi akselerator peningkatan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
"KEK Sanur diharapkan mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional melalui pariwisata dan kesehatan serta membangun masa depan berkelanjutan untuk generasi mendatang. Kami optimis pengembangan KEK Sanur mampu memberikan added value bagi Indonesia," kata Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour Christine Hutabarat dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
KEK Sanur merupakan kawasan ekonomi khusus kesehatan yang dihadirkan Kementerian BUMN untuk mengoptimalisasi potensi area Grand Inna Bali Beach seluas 41,6 hektare untuk menjadi World Class Wellness & Tourism Destination sebagai pusat layanan kesehatan dan pariwisata baru terpadu kelas dunia/berstandar internasional yang memiliki fasilitas terintegrasi.
PT Hotel Indonesia Natour yang merupakan anak usaha dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney telah ditetapkan sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Sanur oleh Pemerintah sejalan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2022 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sanur pada tanggal 1 November 2022.
Melalui KEK Sanur, diharapkan Indonesia mampu mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui pariwisata dan kesehatan serta mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
KEK Sanur juga diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sektor wisata kesehatan adalah sebuah potensi baru yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia membawa medical and wellness tourism Indonesia ke kancah internasional.
Pengembangan KEK Sanur diharapkan menjadi diversifikasi dan akselerator peningkatan perekonomian Indonesia. Adapun pemilihan Bali sebagai lokasi KEK Kesehatan dan Pariwisata selain memberikan kesempatan kepada pasien dan pengunjung mendapatkan pelayanan kesehatan kelas dunia, sekaligus juga dapat memaksimalkan potensi keindahan Bali dan kekayaan historis serta budayanya sebagai pilihan tempat berwisata.
Pemerintah menjanjikan berbagai kemudahan di KEK Sanur seperti adanya fasilitas dan kemudahan izin praktik tenaga kesehatan asing, fasilitas fiskal kepabeanan untuk peralatan medis, jenis layanan dan teknologi yang diberikan, penggunaan obat yang telah tersertifikasi, hingga kemudahan layanan imigrasi bagi pasien dan keluarga pasien.
Keberadaan KEK Sanur dengan seluruh fasilitas kesehatan berkelas dan berteknologi terkini diharapkan juga mampu menyerap pasien yang sebelumnya berobat ke luar negeri, dengan total pasien estimasi sebanyak 123-240 ribu orang pada tahun 2030.
"Dengan berkurangnya pasien dari Indonesia yang berobat ke luar negeri, diprediksi menghemat devisa dengan estimasi sebesar total Rp86 triliun dan penambahan devisa sebesar Rp19,6 triliun (2022-2045)," imbuh Christine.
Baca juga: Antisipasi risiko hujan, Sampah di KEK Mandalika NTB dibersihkan
Baca juga: Bau Nyale di Mandalika diputuskan digelar 29 Februari -1 Maret 2024
Baca juga: Antisipasi risiko hujan, Sampah di KEK Mandalika NTB dibersihkan
Baca juga: Bau Nyale di Mandalika diputuskan digelar 29 Februari -1 Maret 2024
Kawasan KEK Sanur ke depannya diharapkan menjadi pionir Medical & Wellness Tourism Destination nomor 1 di Asia Tenggara yang ditargetkan mampu mengundang investasi dengan estimasi mencapai Rp15-20 triliun.
Pada tahun 2045, pengembangan kawasan tersebut diprediksi memberikan dampak ganda dan berdampak positif pada PDB nasional akan bertambah estimasi menjadi Rp80,7 triliun, menyerap sekitar 18.375 tenaga kerja atau meningkat dengan estimasi sebesar 2.069 persen dibandingkan tanpa adanya KEK Sanur.