Denpasar (ANTARA) - Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali, berharap pemimpin daerah di Provinsi Bali ke depannya dapat memberikan perhatian yang lebih pada sektor pertanian dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
"Keinginan kita semua tentu agar petani hidupnya lebih baik," kata Dekan Fakultas Pertanian Dr Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya dalam diskusi saat menerima kunjungan reses anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika di Denpasar, Selasa.
Menurut Susanta, pariwisata telah mendapatkan keuntungan dari sektor pertanian, baik itu dari pemandangan alamnya hingga atraksi dari budaya pertanian
"Sekarang ini malah terlihat pertanian yang men-support pariwisata. Mestinya pariwisata juga dapat memelihara pertanian," ucapnya bersama jajaran dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian Unud itu.
Oleh karena itu, ia berharap ada campur tangan dari pemerintah untuk mendukung pertanian dari sisi regulasi maupun aksi nyata.
"Jangan sampai misalnya mengatakan tahun depan akan menuju Pulau Organik, tetapi tidak ada pupuk maupun pestisida organik yang mendukung," kata Susanta.
Ia juga menyayangkan program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang digagas Pastika saat menjabat Gubernur Bali yang sangat cocok untuk membangun pertanian, tetapi tidak ada keberlanjutan setelah berganti pemimpin.
Ketua Tim Pengelola Kebun Percobaan Pertanian Unud Prof Ketut Budi Susrusa mengatakan tantangan menjadi petani saat ini cukup berat dengan kepemilikan lahan yang terbatas, rata-rata 0,3 hektare. Oleh karena itu, Prof Budi mengatakan perlu perluasan penguasaan lahan jika ingin meningkatkan kapasitas produksi dan kesejahteraan petani. "Kalau tanpa perluasan lahan, pendapatan petani akan mentok," katanya.
Selain itu dengan sentuhan teknologi serta keberpihakan diyakini sektor pertanian bisa memberikan hasil yang bagus. Anggota DPD Made Mangku Pastika mengatakan sektor pertanian sangat penting dalam kehidupan karena selain menghasilkan pangan juga menjaga lingkungan tetap hijau dan lestari.
Baca juga: Kementan bantu percepatan tanam sawah bera
Baca juga: Mentan meminta petani laporkan bila bantuan di Jateng tak tiba sepekan
"Tanpa petani dengan pertaniannya maka tak akan ada kehidupan. 'No farmer no life. Semua orang setuju itu, tapi apa mereka setuju mau jadi petani dengan sukarela bukan karena terpaksa," kata Pastika bertanya.
Gubernur Bali periode 2008-2018 itu berpandangan kebanyakan orang jadi petani karena terpaksa, sehingga petani saat ini lebih banyak yang sudah lansia. Sedangkan yang muda lebih memilih profesi lain yang dianggap menjanjikan. Oleh karena itu harus ditemukan cara agar orang mau menjadi petani dengan sejahtera.
"Yang bisa mengatasi itu adalah kebijakan publik, tentunya yang punya keberpihakan kepada petani dan lingkungan. Karena itu perlu komitmen seorang pemimpin untuk majukan pertanian. Yang jelas tidak hanya omong-omong saja," ujarnya.