Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memiliki cara tersendiri untuk menangani anak-anak nakal salah satunya melalui pendekatan spiritual.
Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman di Mataram, Rabu mengatakan, meski metode yang diterapkan Pemerintah Jawa Barat dengan mengirim anak-anak yang tergolong nakal ke barak militer disebut efektif, namun Kota Mataram belum ke arah pendidikan khusus untuk anak-anak nakal seperti itu.
"Untuk saat ini, kami lebih tertarik tangani anak nakal dengan pendekatan spiritual. Belum lihat metode yang diterapkan Pemerintah Jawa Barat," katanya.
Menurutnya masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendidik anak-anak yang kategori nakal dan tidak hanya memasukkannya ke barak militer melainkan melalui pendekatan spiritual atau ikut pendidikan di pondok pesantren.
Baca juga: Mataram komitmen wujudkan Kota Layak Anak 2030
Selain itu, penanganan juga bisa dilakukan dengan menggembleng anak-anak di lingkungan sekolah terutama di pondok pesantren misalnya melalui pendekatan agama.
Terkait dengan itu, wakil wali kota mengaku lebih tertarik dan cenderung melakukan pendekatan agama mendidik anak-anak, apalagi anak-anak masuk kategori nakal.
Ia mengatakan, setiap pendekatan yang diterapkan pasti memiliki dampak negatif dan positif, tetapi penerapan metode itu bisa disesuaikan dengan kearifan lokal atau masing-masing daerah.
"Untuk penanganan anak-anak nakal, kami lebih cenderung ke sentuhan-sentuhan spiritual yang dapat menyentuh hati anak-anak," katanya.
Baca juga: Legislator atensi penanganan kasus asusila anak di Polresta Mataram
Hal tersebut bertujuan, untuk mengembalikan kesadaran anak tentang nilai-nilai moral dan agama, serta memberikan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pendekatan spiritual sekaligus meningkatkan kecerdasan spiritual anak sehingga mereka dapat memahami makna hidup dan mengambil tindakan yang bijaksana.
Karena itu, dalam penerapannya anak-anak kategori nakal tersebut akan mendapatkan pendidikan di pondok pesantren dan selama mendapatkan pendidikan akan menginap seperti santri-santri pada umumnya.
"Untuk pelaksanaannya lebih lanjut, kami segera membahas lebih rinci terkait metode tersebut dengan berbagai pihak terkait," katanya.
Baca juga: Polisi tangani kasus pencabulan anak usia 4 tahun di Mataram
Baca juga: DP3A Mataram dukung pembatasan usia penggunaan media sosial