Menikmati keunikan peninggalan sejarah Kota Tua Ampenan

id peninggalan sejarah,sejarah ampenan,ampenan kota tua

Menikmati keunikan peninggalan sejarah Kota Tua Ampenan

Kepala LKBN Antara Biro NTB Riza Fahriza bersama pelajar SMPN 15 Mataram ketika berada di komplek pecinan di Jalan Pabean, Ampenan, NTB, Minggu (3/3/2019). (Foto Antaranews NTB/Ist)

Mataram (ANTARA) - "Jasmerah" adalah sebuah akronim jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebagai Generasi Muda kita harus mempelajari lebih dalam tentang sejarah, karena sejarah sangat penting bagi generasi muda sekarang dan di masa mendatang.
            
Di pesisir Kota Tua Ampenan nampak sisa tiang pancang bekas pelabuhan peninggalan zaman Kolonial Belanda. "Anjungan Satu Hati", begitu biasa disebut. Bekas pelabuhan itu merupakan saksi bisu kejayaan bidang perdagangan di pulau Lombok ratusan tahun silam.

Pemandu wisata siswa di Kota Tua Ampenan Riza Fahriza mengatakan ratusan tahun silam dermaga pernah menjadi pelabuhan yang sangat sibuk sebagai temat bongkar muat ekspor hasil bumi dan ternak dari berbagai daerah di Pulau Lombok.
                           
Mereka datang membawa hewan dan hasil bumi (barang dagangannya) menggunakan kuda karena alat transportasi saat itu belum  semaju saat ini. Berbagai komoditas tersebut diekspor ke berbagai negara.

Beberapa jejak sejarah di antaranya kantor Bank Dagang Belanda tempat terjadinya transaksi tukar-menukar rupiah dengan mata uang Negara lain. Ini juga membuktikan bahwa Kota Ampenan menjadi pusat perdagangan di Pulau Lombok.

Dermaga Kota Tua Ampenan yang dibangun pada 1896 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang kini menyisakan tonggak-tonggak besi  menjadi salah satu bukti kejayaan  perdagangan di Pulau Lombok.

Di dermaga Ampenan juga pernah menjadi pelabuhan pemberangkatan jamaah haji asal Nusa Tenggara Barat yang akan menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekah. Setidaknya ini dibuktikan dengan bekas menurunkan dan menaikkan barang-barang dari kapal laut yang berlabuh di Pelabuhan Ampenan.

Kini, sudah tidak ada lagi dermaga itu. Yang tersisa hanya tonggak besi yang di atasnya dipajang Perahu Phinisi untuk mengingatkan bagaimana kejayaan Pelabuhan Ampenan. Pemerintah Belanda kala itu hendak menciptakan pelabuhan dengan fasilitas perbankan dan tempat dibangunan bank itu, pernah berdiri bioskop cina yang hanya menyisakan puing-puing bangunan.
        
Di antara jajaran bangunan tua di Ampenan, kota Mataram terselip sebuah bangunan Kelenteng Pao Hwa Kong. Dari kelenteng itulah dapat diketahui  awal berdirinya komunal warga keturunan Tionghoa yang oleh warga Arab di kenal dengan sebutan Pecinan.

Hal menarik lainnya di Kota Tua Ampenan adalah kentalnya akulturasi budaya. Di sini berbagai Suku di Indonesia bahkan warga asing yang dulunya seperti di China dan Arab.     
         
Di wilayah Kota Tua Ampenan, terdapat pemakaman Bintaro di ruas jalan kawasan Ampenan, menjadi potret keharmonisan antara sesama umat beragama dan suku di wilayah Kota Tua Ampenan. Pemakaman keturunan Tionghoa bersebelahan Pemakaman Islam. Sampai sekarang keharmonisan tetap dijaga antarberbagai suku yang berada di Kota Tua Ampenan tersebut.(*)