Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, belum menemukan indikasi peredaran beras oplosan yang dijual di retail modern di wilayah Kota Mataram.
"Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah toko modern, kami bersama tim belum menemukan indikasi penjualan beras oplosan," kata Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kota Mataram Sri Wahyunida, Jumat.
Kegiatan sidak tersebut dilakukan sebagai respon atas laporan dan temuan di berbagai daerah mengenai praktik pengoplosan beras mencampurkan beras premium dengan varietas berkualitas rendah, namun tetap dijual sehingga menjadi sorotan secara nasional.
Praktik tersebut bisa merugikan konsumen karena kualitas beras tidak sesuai dengan harga dan label yang tertera di kemasan.
Baca juga: Operasi pasar murah keliling di Mataram siapkan 2,5 ton beras murah
Dalam kegiatan sidak tersebut, pihaknya turun dengan tim Bidang Metrologi Disdag Kota Mataram ke ritel yang menjual beras dengan merek ternama dan dikenal masyarakat.
Beras premium yang diuji dengan 10 jenis ukuran 5 kilogram dan rata-rata hasilnya sesuai. Tim dari Bidang Metrologi menyebutkan hasil penimbangan sampel masih dalam batas yang diizinkan.
"Karena itu, sejauh ini kami belum temukan beras oplosan kemasan premium yang beredar di Kota Mataram seperti yang diberitakan di daerah lain," katanya.
Dalam sidak tersebut, lanjut Sri, Disdag juga fokus memeriksa kemasan, label, dan kesesuaian isi beras dengan keterangan produk.
Baca juga: 382,3 ton bantuan beras CPP terakhir siap didistribusikan di Mataram
Selain itu, petugas juga mengambil sampel untuk diuji lebih lanjut, guna memastikan apakah terdapat indikasi pengoplosan atau tidak.
"Berdasarkan laporan masyarakat katanya ada beras oplosan merek tertentu, kami langsung turun dari kemarin," katanya.
Kegiatan sidak sudah dilakukan petugas beberapa tempat antara lain, Niaga Supermarket, MGM, dan Hypermart, Niaga Sriwijaya, sama Lotte, dan Ruby.
Menurutnya, beras oplosan bisa dilihat secara kasat mata sehingga petugas pun dengan mudah bisa membedakan beras premium dengan yang lainnya.
Baca juga: Penerima Beras CPP di Mataram berkurang 7.036 KPM, Ini sebabnya
Beras oplosan itu seperti ada campuran terhadap merek-merek yang sudah masuk, dan sisi harga dikhawatirkan jangan sampai kualitas tidak sesuai dengan harga.
"Yang kami antisipasi, jangan sampai beras oplosan dengan kualitas jelek tapi dijual harga premium," katanya.
Kendati tidak ditemukan beras oplosan, Disdag Kota Mataram akan terus meningkatkan pengawasan secara berkala demi melindungi konsumen dari praktik dagang tidak sehat.
"Kami juga mengimbau masyarakat agar selektif dalam berbelanja, dan segera melapor jika ada indikasi penyimpangan terhadap barang-barang yang dibeli," katanya.