Den Haag (ANTARA) - Perusahaan raksasa makanan dan kosmetika Inggris-Belanda, Unilever, Jumat menyatakan, pihaknya memutuskan hubungan dengan pemasok minyak sawit Indonesia yang dituduh oleh organisasi lingkungan Greenpeace menghancurkan hutan hujan tropis.
"Greenpeace mengklaim berasal dari alam yang tidak dapat kami abaikan. Unilever berkomitmen untuk sumber daya berkelanjutan. Oleh karena itu, kami telah memberitahu PT Smart (bagian Sinar Mas grup) bahwa kami tidak memiliki pilihan lain kecuali menangguhkan pembelian berjangka minyak kelapa sawit kami," kata Marc Engel, pejabat pengadaan utama Unilever dalam pernyataan seperti dikutip AFP.
Unilever mengatakan tuduhan tersebut diterbitkan oleh Greenpeace pada pekan ini yang mengecam praktik lingkungan Sinar Mas.
"Akibatnya Unilever telah memutuskan untuk segera mengambil tindakan," ia menambahkan.
Unilever hanya akan mempertimbangkan kembali keputusan itu jika PT Smart bisa "menyediakan verifikasi bukti bahwa tak satu pun perkebunan mereka turut berperan dalam perusakan hutan bernilai konservasi tinggi dan perluasan ke lahan gambut," kata Unilever.
PT Smart memasok Unilever dengan lima persen dari kebutuhan minyak kelapa sawit.
Pihaknya menggunakan minyak kelapa dalam pembuatan margarin, sup, es krim dan saus serta produk-produk kecantikan.
Indonesia mengatakan akan meningkatkan produksi minyak sawit mentah (CPO) lebih dari dua kali lipat menjadi 40 juta ton pada 2020 melalui peningkatan hasil dan perluasan perkebunan.
Rencana tersebut telah ditentang oleh kelompok-kelompok lingkungan, yang mengatakan hutan Indonesia penyerap karbon sangat penting dalam memerangi perubahan iklim dan sumber keanekaragaman hayati tidak tergantikan. (*)