BI NTB mengembangkan pertanian dan pariwisata terintegrasi

id BI NTB,Pertanian terintegrasi,pariwisata terintegrasi

BI NTB mengembangkan pertanian dan pariwisata terintegrasi

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani, memberikan sambutan pada pertemuan tahunan Bank Indonesia 2019, di aula serba guna Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, di Mataram, Rabu (11/12/2019). (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat mengembangkan konsep pertanian dan pariwisata terintegrasi berbasis perdesaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

"Program pertanian dan pariwisata terintegrasi tersebut merupakan dua strategi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi NTB," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani, pada pertemuan tahunan Bank Indonesia 2019, di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan melalui pertanian terintegrasi, maka limbah peternakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (superbokashi) bagi pertanian sehingga pertanian dapat tumbuh subur tanpa pupuk kimia.

Selain itu, limbah pertanian berupa jerami dan batang/bonggol jagung juga akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak (superfeed). Dengan menggunakan dekomposer MA-11, pembuatan pakan ternak superfeed dan pupuk organik superbokashi dapat dilakukan hanya dalam waktu 24 jam.

Achris menambahkan dengan pengembangan pertanian terintegrasi, tidak ada lagi limbah yang terbuang serta manfaat dari superfeed dan pupuk organik superbokashi menjadikan produktivitas hasil pertanian dan peternakan meningkat.

"Hanya dengan memanfaatkan seluruh lahan jagung di NTB pada 2020, potensi omzet yang didapatkan dari hasil ternak sapi dan ayam diperkirakan mencapai Rp66,59 triliun," ujarnya.

Selain pengembangan hulu, pihaknya juga mencoba memetakan potensi pengembangan sisi hilir dari komoditas sapi. Hilirisasi komoditas sapi dipetakan melalui pemanfaatan kulit sapi, daging sapi, dan kotoran hewan menjadi sejumlah komoditas produk olahan siap pakai.

Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB memperkirakan potensi omzet dari hilirisasi komoditas sapi pada 2020 mencapai Rp71,34 triliun.

"Tentunya potensi omzet yang lebih tinggi dapat dicapai melalui pengembangan produk turunan lainnya," ucap Achris.

Selain potensi pengembangan pertanian terintegrasi, lanjut Achris, potensi peningkatan ekonomi NTB juga dapat dilakukan melalui pengembangan pariwisata terintegrasi (integrated tourism).

Pengembangan pariwisata terintegrasi bermula dari kebutuhan wisatawan yang berkunjungn ke NTB, mulai dari transportasi, akomodasi, kebutuhan makan minum, atraksi/destinasi wisata, dan suvenir.

Dari kebutuhan tersebut tentunya akan berkembang pada kebutuhan lainnya. Contohnya, keberadaan akomodasi/hotel membutuhkan makanan/minuman untuk disajikan kepada tamu hotel, karyawan hotel untuk melayani tamu, furnitur untuk melengkapi interior hotel, dan kebutuhan lainnya.

"Adanya kebutuhan tersebut memunculkan potensi ekonomi, diantaranya meningkatkan pendapatan asli daerah, mendorong peningkatan permintaan terhadap hasil pertanian/peternakan, mendorong peningkatan hasil industri kecil menengah, serta meningkatnya kebutuhan tenaga kerja," katanya.