Mataram (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan kenaikan harga bahan pangan yang kini terjadi karena pasokan menurun akibat cuaca ekstrem masih terbilang terkendali.

"Harga masih terkendali. Kalau tidak ada fluktuasi (harga) seperti ini nanti produsen tidak mau menanam," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB Abdul Aziz dalam pernyataan yang dikutip di Mataram, Sabtu.

Aziz menuturkan kenaikan harga bahan pangan hanya terjadi saat bulan-bulan tertentu saja.

Baca juga: Daya beli masyarakat tetap terjaga meski terjadi inflasi

Harga cenderung naik saat memasuki akhir tahun hingga awal tahun baru karena faktor musim penghujan yang mempengaruhi produksi di tingkat petani. Suplai yang kurang, namun permintaan konsumen stabil bahkan meningkat membuat harga bahan pangan naik.

Pada pertengahan tahun 2024, harga bawang merah sekitar Rp15 ribu per kilogram, tomat Rp5 ribu per kilogram, dan cabai merah keriting sekitar Rp20 ribu per kilogram.

Pada Januari 2025, harga bawang merah menembus angka Rp50 ribu per kilogram, tomat Rp20 ribu per kilogram, dan cabai merah keriting mencapai Rp100 ribu per kilogram.

"Saat November sampai Januari harga naik karena produk tidak memiliki daya tahan penyimpanan yang lama," kata Aziz.

Baca juga: Pasar murah digelar di Mataram tekan harga cabai ke Rp60.000 per kg

Dinas Perindustrian NTB sempat berkeinginan untuk menyediakan gudang pendingin agar petani bisa menyimpan produksi bahan pangan lebih lama, namun kelompok tani maupun para pengusaha mengaku tidak sanggup bayar tagihan listrik gudang pendingin.

Aziz mengatakan kenaikan harga bahan pangan menggairahkan bagi para petani untuk giat menanam. Harga bahan pangan yang kini melambung diproyeksikan turun pada Maret 2024 karena saat itu petani sudah mulai panen raya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, lima komoditas penyumbang inflasi di Nusa Tenggara Barat pada Desember 2024 adalah ikan layang atau ikan benggol 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, cumi-cumi 0,06 persen, cabai merah 0,06 persen, dan daging ayam ras 0,04 persen.

Baca juga: Anggota DPD RI Evi Apita Maya dorong optimalisasi ekspor dan stabilitas harga di NTB
 


Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025