Mataram (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Nusa Tenggara Barat mengembangkan penelitian pengolahan air lindi agar bisa dimanfaatkan menjadi biogas guna mengatasi persoalan lingkungan pada kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Kabupaten Lombok Barat.

"Dengan volume air lindi mencapai 550.000 meter kubik per hari, kami harus mengolahnya menjadi energi biogas yang dapat berdampak secara ekonomi dan mendukung berbagai sektor, termasuk UMKM dan sarana edukasi masyarakat," kata Kepala Brida NTB I Gede Putu Aryadi dalam pernyataan di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan penelitian itu dilakukan melalui program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (Rikub) dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktiristek).

Dia mengatakan selama ini TPA Kebon Kongok yang merupakan lokasi pembuangan sampah terbesar di Pulau Lombok tersebut, menyimpan masalah besar bagi lingkungan dan kesehatan.

"Melalui riset ini, kami berharap dapat mengubah persoalan tersebut menjadi peluang dan manfaat bagi masyarakat," ujarnya.

Baca juga: Dishub Mataram fasilitasi himpun kotoran kuda untuk diolah jadi biogas

TPA Kebon Kongok merupakan kawasan pembuangan akhir regional yang beroperasi dengan sistem open dumping atau tempat penampungan akhir terbuka sejak 1993.

Saat ini, TPA Kebon Kongok menggunakan metode sanitary landfill untuk mengelola timbulan sampah yang datang sebanyak 300 ton setiap hari dari Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat.

Kepala UPTD TPA Kebon Kongok Radius Ramli mengapresiasi inisiatif penelitian pengolahan air lindi menjadi bahan bakar biogas.

"Selama ini air lindi hanya menjadi limbah penyebab pencemaran lingkungan. Namun, berkat kolaborasi semua pihak, kini justru bisa menjadi sumber energi baru. Program ini bukan hanya solusi, tapi juga berpotensi menopang ketahanan energi daerah,” katanya.

Baca juga: TPST Kebon Talo Mataram siap olah kotoran hewan jadi biogas

Dia menyampaikan biogas yang dihasilkan dari pengolahan air lindi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, bahkan membantu operasional TPA Kebon Kongok ketika terjadi gangguan listrik.

Proyek riset tersebut diharapkan bisa ditingkatkan ke wilayah lain, sehingga air lindi tidak lagi menjadi masalah karena bisa diolah menjadi sumber energi yang bermanfaat.

Ketua Konsorsium Rikub Obie Farobie menjelaskan riset tersebut hasil sinergi antar-perguruan tinggi dan lembaga yang berkomitmen menciptakan riset yang berdampak.

"Ini menjadi awal yang baik untuk program kampus berdampak. Air lindi tidak hanya menjadi limbah, tetapi juga membawa manfaat baru bagi masyarakat. Kami berharap model ini bisa diadopsi oleh kabupaten lain di NTB," kata Obie yang ahli energi baru terbarukan Institut Pertanian Bogor itu.

Baca juga: Dishub Mataram-NTB konsep uji coba pengolahan kotoran kuda jadi biogas
Baca juga: Mataram menyiapkan penampung kotoran kuda di pasar tradisional


Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025