Mataram (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggencarkan melaksanakan program berkunjung ke sekolah (road to school) untuk mencegah tindak kekerasan anak.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram Yunia Arini di Mataram, Jumat mengatakan, program tersebut menyasar anak sekolah mulai tingkat SD dan SMP se-Kota Mataram.
"Sejauh ini, semua SMP di Mataram sudah kami kunjungi, sedangkan untuk SD masih berjalan sekitar 50 persen dari jumlah sekolah di atas 150," katanya.
Ia mengatakan, kegiatan road to school bagian upaya preventif dengan memberikan edukasi dini terhadap anak-anak terkait dengan berbagai jenis tindak kekerasan baik itu berupa kekerasan fisik, verbal, maupun seksual, serta antisipasi pernikahan dini.
Selain itu, anak-anak juga diedukasi mana bagian tubuh yang boleh disentuh orang dan tidak, sebab hal itu juga menjadi bagian perilaku kekerasan seksual sehingga anak SD dan SMP perlu edukasi.
Anak-anak SD diberikan edukasi tersebut karena semakin lama tindak kekerasan mengarah ke usia lebih kecil dan anak-anak tidak tahu jika ketika bagian tubuh tertentu dipegang orang lain masuk tindak kekerasan seksual.
Sementara ketika itu terjadi, anak-anak bingung mau sampaikan atau lapor ke mana, bahkan tidak berani bicara.
"Karena itulah, edukasi dan informasi melalui sekolah sangat penting sebagai upaya pencegahan preventif agar anak lebih paham dalam bergaul, bisa bilang stop, menghindar, dan berani melapor," katanya.
Di sisi lain, tambahnya, upaya itu dimaksudkan agar anak-anak bisa tahu dan dapat membentengi diri dari berbagai tindak kekerasan terutama kekerasan seksual.
Misalnya, dengan memberikan mereka edukasi agar tidak gampang kenal orang asing, tukaran nomor ponsel, janji ketemu, hanya karena kenal sehari atau dua hari, bahkan sampai menginap, sehingga memicu terjadi kekerasan seksual.
Edukasi melalui program berkunjung ke sekolah, tim dari DP3A mengenalkan berbagai jenis kekerasan agar tidak terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap anak.
"Dengan demikian, anak-anak kami harapkan mampu mengenali dirinya dan menjaga diri saat berada di luar jangkauan orang tua," katanya.
Menurutnya, edukasi yang dilakukan melalui program berkunjung ke sekolah tersebut dinilai efektif sebab minimal anak-anak kini sudah lebih paham dan waspada ketika ada hal-hal atau tindakan seseorang yang menjurus seksual.
"Mereka harus menghindar dan tidak boleh dekat lagi dengan orang tersebut," katanya.
Data DP3A Kota Mataram mencatat, sejak Januari sampai September 2025 menangani 98 kasus kekerasan perempuan dan anak didominasi tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dari 98 kasus kekerasan perempuan dan anak, 26 di antaranya merupakan kasus KDRT dan dilakukan rata-rata oleh orang dekat korban meliputi sebanyak 19 kasus dialami oleh perempuan dan sembilan kasus dialami anak-anak.
Selain itu, terdapat 25 kasus kekerasan seksual terdiri atas tiga korban perempuan dan 22 dari korban anak-anak, serta ada juga tercatat dua kasus perempuan sebagai korban kekerasan gender berbasis online (KGBO).
"Kekerasan KGBO biasanya dilakukan melalui penyebaran foto atau video di media online," katanya menambahkan.
Baca juga: DP3A Mataram gandeng MAS cegah pernikahan anak
Baca juga: DP3A tangani 98 kasus kekerasan perempuan dan anak di Mataram
Baca juga: DP3A tangani delapan kasus pernikahan anak di Mataram
Baca juga: DP3A Mataram dukung pembatasan usia penggunaan media sosial
DP3A Mataram gencarkan kampanye perlindungan anak di Sekolah
Aktivitas anak-anak di salah satu sekolah di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/Nirkomala.
Aktivitas anak-anak di salah satu sekolah di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/Nirkomala.