Singapura (ANTARA) - Dolar menguat di awal sesi Asia pada Senin pagi, dan menjauhkan diri dari terendah delapan bulan menjelang serangkaian pertemuan bank-bank sentral minggu ini, termasuk Federal Reserve, dengan para pedagang sangat fokus pada panduan untuk jalur kenaikan suku bunga.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,03 persen menjadi 101,92, menjauh dari level terendah delapan bulan minggu lalu di 101,50.
Namun, indeks tetap berada di jalur untuk penurunan bulanan keempat berturut-turut sebesar 1,5 persen, tertekan oleh ekspektasi bahwa Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga tidak perlu naik setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya.
Sterling naik 0,01 persen pada 1,24005 dolar, sedangkan kiwi naik 0,09 persen menjadi 0,6500 dolar. Pergerakan tenang menjelang pertemuan kebijakan dari Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Inggris (BoE) pekan ini.
"Kami akan membatasi perdagangan sedikit karena pasar mencoba untuk menilai bagaimana bank-bank sentral berperilaku .... Saya pikir, untuk ketiganya akan lebih banyak tentang apa yang mereka katakan daripada apa yang mereka lakukan," kata Rodrigo Catril, seorang analis mata uang di National Australia Bank (NAB).
The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin, sementara ECB dan BoE kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin.
Euro terakhir 0,03 persen lebih tinggi pada 1,08705 dolar dan berada di jalur untuk kenaikan bulanan hampir 1,5 persen, menandai kenaikan bulan keempat berturut-turut. Mata uang tunggal mendapat dukungan dari retorika hawkish lanjutan oleh pembuat kebijakan ECB dan menyurutkan kekhawatiran akan resesi yang dalam di zona euro.
Di tempat lain, Aussie naik 0,11 persen menjadi 0,71175 dolar AS, sementara yen Jepang turun sedikit ke 129,94 per dolar. Harga konsumen inti di ibu kota Jepang untuk Januari menandai kenaikan tahunan tercepat dalam hampir 42 tahun, data pada Jumat (27/1/2023) menunjukkan, menjaga bank sentral Jepang di bawah tekanan untuk menghapus stimulus ekonominya.
Dengan China kembali dari liburan Tahun Baru Imlek, fokus akan ada pada rilis data indeks manajer pembelian (PMI) yang akan datang pada Selasa (31/1/2023). "Pasar akan melihat ... semoga tidak kecewa," kata Catril dari NAB.
Baca juga: Rupiah melemah tipis seiring tingginya obligasi Indonesia
Baca juga: Dolar AS turun terhadap euro saat taruhan kenaikan suku bunga ECB
"Sejauh ini, data yang datang dari China, atau getaran yang datang dari China, berperan dalam pandangan bahwa pembukaan kembali yang baik dalam hal aktivitas kemungkinan besar akan berkembang."
Perjalanan liburan Tahun Baru Imlek di China melonjak 74 persen dari tahun lalu setelah pihak berwenang membatalkan pembatasan perjalanan akibat COVID-19, lapor media pemerintah pada Sabtu (28/1/2023). Yuan di pasar luar negeri terakhir diperdagangkan 0,1 persen lebih tinggi, pada 6,7465 per dolar.