Mataram, 12/6 (ANTARA) - Krisis Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia tampaknya bukan menjadi kendala bagi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mencari nafkah ke Malaysia.
Wartawan ANTARA dari Mataram, Jumat, melaporkan, ketidak pedulian calon TKI terhadap krisis Ambalat tersebut terlihat dari ratusan calon TKI NTB datang ke Kantor Pelayanan satu Atap dan Imigrasi Mataram untuk mengurus kelengkapan surat-surat termasuk paspor dengan tujuan Malaysia.
Sejak pukul 07.00 Wita ketika kantor belum buka, calon TKI yang akan melengkapi dokumen sudah tiba di Kantor Pelayanan satu Atap dan mereka sabar menunggu sambil duduk di bawah pohon hingga kantor dibuka.
Para calon TKI terpaksa berdiri atau duduk di sejumlah tempat menunggu giliran pemanggilan karena sejak Kantor Pelayanan satu Atap diresmikan pada 17 Desember 2008 hingga kini belum dilengkapi ruang tunggu termasuk kursi.
Salah serong calon TKI, Kamaludin, mengatakan, dirinya beserta teman-teman lainnya tidak merasa takut bekerja ke Malasyia walaupun ada krisis di Blok Ambalat.
"Tujuan kita datang ke Malaysia untuk mencari nafkah guna membiayai keluarga termasuk biaya sekolah anak-anak, bukan untuk berperang dan Ambalat menjadi urusan pemerintah," katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB M. Agus Patria mengatakan, minat masyarakat NTB untuk bekerja ke luar negeri cukup besar, sehingga NTB merupakan daerah pengirim TKI terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur.
"Jumlah calon TKI yang dikirim rata-rata sekitar 30.000 orang hingga 40.000 orang per tahun yang sebagian besar ke Malaysia dan Arab Saudi," katanya.
Dari puluhan ribu TKI NTB yang bekerja di luar negeri sebagian besar berhasil. Hal ini terbukti dari jumlah uang yang dikirim ke keluarganya terus menunjukkan peningkatan dari sekitar Rp350 miliar tahun 2007 menjadi Rp377 miliar tahun 2008.
"Yang menjadi kendala adalah sebagian besar calon TKI NTB berpendidikan rendah, bahkan ada yang tidak tamat SD, sehingga mereka sebagian besar bekerja di perkebunan kelapa sawit, buruh bangunan, penjaga toko dan pembantu rumah tangga," katanya. (*)