Legislator: minat baca orang Indonesia 0,001 persen

id Minat baca rendah

Legislator: minat baca orang Indonesia 0,001 persen

Dokumen - Sejumlah anak memilih buku bacaan di lapak komunitas Baca Buku di depan stadion Candra Bhirawa Pare, Kediri, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat baca
Lombok Barat (Antaranews NTB) - Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat Helmy Faishal Zaini menyebutkan minat baca orang Indonesia hanya 0,001 persen.

"Dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat baca," kata Helmy Faishal Zaini, pada "talkshow" safari budaya gemar membaca yang digelar di kantor Bupati Lombok Barat, di Gerung, Kamis (25/4).

Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini mengatakan masih relatif rendahnya minat baca menyebabkan Indonesia berada pada urutan tiga dari belakang se-dunia.

Helmy membandingkan ketika sebelum Belanda membangun sekolah-sekolah, rakyat Indonesia telah terlebih dahulu belajar di pesantren-pesantren. Jadi seharusnya gerakan membaca dilakukan dengan berbasis komunitas, berbasis masyarakat dan berbasis pesantren.

"Itu yang ditinggalkan oleh pemerintah kita," ujar Helmy yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, ini juga menyebutkan sejumlah potensi di Pulau Lombok, yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat membaca. Misalnya "berugak" (gazebo), balai-balai desa, hingga masjid-masjid.

Jadi, menurutnya, tidak perlu harus membangun gedung megah dengan pendekatan proyek. Cukup dengan memanfaatkan potensi yang ada di tengah masyarakat sebagai sarana untuk memotivasi minat membaca.

"Tidak mesti bangun gedung. Manfaatkan saja potensi yang ada. Seribu masjid seharusnya seribu perpustakaan. Itu harusnya jadi terobosan," ucapnya.

Usai memberikan pemaparan, Helmy menunjukkan video dirinya yang meresmikan sebuah rumah baca di salah satu pesantren di Pulau Lombok.

Rumah baca tersebut berupa "berugak-berugak" yang diisi berbagai buku yang ditata dengan baik dan halamannya yang asri.

"Itu merupakan salah satu potensi tempat membaca yang harusnya dimanfaatkan tanpa harus membangun gedung mahal," katanya.

Moderator "talkshow" safari budaya gemar membaca, Saepul Akhkam, M.Hum, dengan setengah berkelakar menyampaikan "rasa kecewanya" melihat tayangan video tersebut. Kekecewaan tersebut karena peresmian dilakukan di tempat lain, bukan di Kabupaten Lombok Barat.

"Kami berharap nantinya ada peresmian rumah baca seperti itu di Lombok Barat," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda Lombok Barat ini, dengan nada berguyon. (*)