Praktisi: pemda harus aktif benahi destinasi wisata NTB
Mataram (Antaranews NTB) - Praktisi pariwisata Nusa Tenggara Barat Misbach Mulyadi menilai kontribusi pemerintah kabupaten/kota dalam membenahi infrastruktur destinasi wisata di wilayah itu masih sangat minim.
"Pemkab/kota selama ini menikmati hasil dari industri pariwisata, namun upaya untuk membenahi destinasi hampir tidak ada. Justru Pemprov NTB yang lebih perhatian dan membenahi destinasi-destinasi wisata yang ada," kata Mulyadi, di Mataram, Senin.
Menurut Mulyadi, selama 20 tahun terakhir geliat pembangunan pariwisata di NTB begitu luar biasa tercermin dari pesatnya pembangunan sarana dan pertumbuhan ekonomi di sektor itu yang hasilnya bisa dirasakan oleh? masyarakat dan pelaku industri pariwisata.
Namun, meski geliat pariwisata tinggi, ia melihat sinergi antara kabupaten/kota dengan provinsi khususnya untuk membenahi destinasi wisata tidak pernah nyambung. Terbukti, masih banyak destinasi yang tidak terurus dan terkesan terlantar. Sehingga banyak dikeluhkan wisatawan.
"Pendapatan kota Mataram dari sektor pariwisata itu mencapai Rp100 miliar per tahun, begitu juga dengan kabupaten Lombok Utara yang mencapai Rp300 miliar. Namun, gebrakannya dalam pembenahan nyaris tidak pernah ada," ujarnya.
Mantan anggota DPRD NTB yang juga pemilik hotel ini, menyatakan sudah saatnya pemerintah kabupaten/kota membangun sinergi dengan provinsi.
"Jangan ada lagi yang jalan sendiri-sendiri. Kuncinya ada pada sinergi agar destinasi pariwisata lebih berkualitas," ucapnya.
Sejumlah destinasi di NTB banyak dikeluhkan wisatawan karena minim infrastruktur, seperti kawasan wisata pantai Pink di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Banyak wisatawan yang tiba di Pantai Pink dengan menyewa perahu dari Pantai Kuta Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Dengan menyewa perahu Rp350 ribu, pengunjung akan dibawa ke Pantai Pink I, Pink II dan Batu Payung.
"Saya sewa perahu bersama rombongan dari Lombok Timur," kata Eva, pengunjung asal Jakarta.
Dengan begitu, diharapkan infrastruktur jalan ke destinasi wisata di ujung selatan Kabupaten Lombok Timur itu menjadi perhatian pemerintah untuk diperbaiki.
"Pemkab/kota selama ini menikmati hasil dari industri pariwisata, namun upaya untuk membenahi destinasi hampir tidak ada. Justru Pemprov NTB yang lebih perhatian dan membenahi destinasi-destinasi wisata yang ada," kata Mulyadi, di Mataram, Senin.
Menurut Mulyadi, selama 20 tahun terakhir geliat pembangunan pariwisata di NTB begitu luar biasa tercermin dari pesatnya pembangunan sarana dan pertumbuhan ekonomi di sektor itu yang hasilnya bisa dirasakan oleh? masyarakat dan pelaku industri pariwisata.
Namun, meski geliat pariwisata tinggi, ia melihat sinergi antara kabupaten/kota dengan provinsi khususnya untuk membenahi destinasi wisata tidak pernah nyambung. Terbukti, masih banyak destinasi yang tidak terurus dan terkesan terlantar. Sehingga banyak dikeluhkan wisatawan.
"Pendapatan kota Mataram dari sektor pariwisata itu mencapai Rp100 miliar per tahun, begitu juga dengan kabupaten Lombok Utara yang mencapai Rp300 miliar. Namun, gebrakannya dalam pembenahan nyaris tidak pernah ada," ujarnya.
Mantan anggota DPRD NTB yang juga pemilik hotel ini, menyatakan sudah saatnya pemerintah kabupaten/kota membangun sinergi dengan provinsi.
"Jangan ada lagi yang jalan sendiri-sendiri. Kuncinya ada pada sinergi agar destinasi pariwisata lebih berkualitas," ucapnya.
Sejumlah destinasi di NTB banyak dikeluhkan wisatawan karena minim infrastruktur, seperti kawasan wisata pantai Pink di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Banyak wisatawan yang tiba di Pantai Pink dengan menyewa perahu dari Pantai Kuta Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Dengan menyewa perahu Rp350 ribu, pengunjung akan dibawa ke Pantai Pink I, Pink II dan Batu Payung.
"Saya sewa perahu bersama rombongan dari Lombok Timur," kata Eva, pengunjung asal Jakarta.
Dengan begitu, diharapkan infrastruktur jalan ke destinasi wisata di ujung selatan Kabupaten Lombok Timur itu menjadi perhatian pemerintah untuk diperbaiki.