Mataram (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Nusa Tenggara Barat memastikan bahwa dua ekor sapi yang ditemukan mati di Pelabuhan Gilimas diduga akibat terinjak-injak kawanan ternak berukuran lebih besar saat perjalanan dari Bima.
"Kejadian kemarin, sepertinya terlalu padat isi truk. Sapi itu ukurannya agak kecil, dia jatuh dan mungkin diinjak-injak sama kawanan yang besar dalam perjalanan," kata Kepala Disnakeswan NTB, Muhamad Riadi, kepada ANTARA di Mataram, Sabtu.
Riadi juga memastikan bahwa dua ekor sapi yang akan dibawa ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tersebut sebelumnya telah mengantongi surat kesehatan hewan dari daerah asal mereka, yakni Bima, Pulau Sumbawa. Artinya, hewan-hewan tersebut layak secara medis untuk diangkut dan diperdagangkan.
"Sudah ada surat keterangan kesehatan dari asalnya, jadi bukan karena penyakit. Dugaan kuat kami karena kelelahan dan tekanan fisik saat proses pengangkutan," ujarnya.
Baca juga: NTB kirim 8.000 ekor sapi ke Jabodetabek jelang Idul Adha 1446 H
Ia menggambarkan perjalanan dari Bima di Pulau Sumbawa, menuju Pelabuhan Gilimas Lembar di Pulau Lombok, cukup jauh dan memakan waktu panjang. Dalam proses tersebut, sapi-sapi dikumpulkan menjadi satu di dalam tronton besar, tanpa pembagian ukuran atau kondisi fisik.
Insiden tersebut, menurut Riadi, menjadi peringatan bagi para pelaku usaha agar tidak semata-mata mengejar keuntungan, namun juga memperhatikan kesejahteraan hewan (kesrawan) dalam proses distribusi.
"Jangan hanya berpikir manusia saja mau sejahtera. Ayam juga mau sejahtera, kambing juga mau sejahtera. Ini soal tanggung jawab dan etika," ucapnya.
Menjelang Idul Adha 1446 Hijriah, kata dia, permintaan sapi dari wilayah Jabodetabek meningkat tajam. NTB, terutama dari Bima dan Dompu, menjadi salah satu daerah pemasok utama.
Namun, lonjakan permintaan ini tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan manajemen logistik yang baik.
Untuk itu, Riadi mengimbau agar pelaku usaha bisa disiplin. Jangan sampai 40 tronton pengangkut sapi dari Bima bergerak dalam satu hari. Padahal kapasitas maksimal kapal hanya 55 unit tronton dengan interval pemberangkatan dua hari.
"Kalau tahun lalu bisa kami disiplinkan, kami ingin seperti itu lagi tahun ini. Tapi justru kami dapat info akan berangkat lagi 70 unit tronton dari Bima. Bagaimana bisa nampung semua di Pelabuhan. Hari ini saja masih ada 90 tronton yang menunggu di pelabuhan," katanya.