Mataram (ANTARA) - Mataram (Antaranews NTB) - Manisnya madu Sumbawa agaknya tak hanya digemari masyarakat di Nusatara, namun komoditas tersebut sudah merambah ke sejumlah negara, karena madu mengandung beragam zat yang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, tetapi madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.
Menurut Wikipedia, jika Tawon madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi.
Bagi sebagian masyarakat di Pulau Sumbawa, berburu madu di hutan merupakan pekerjaan yang dilakoni secara turun-temurun. Para pemburu madu terkadang harus menempuh medan yang berat dan berbahaya, karena lebah bersarang di goa terjal.
Lebah membangun sarang di tebing atau kaki bukit, sehingga para pemburu madu harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkannya. Lokasi sarang lebah yang cukup curam harus menggunakan tangga tali dan keranjang untuk mengumpulkan madu.
Berburu madu merupakan bagian dari budaya peradaban kuno. Bahkan para ilmuwan memperkirakan praktik berburu madu telah dilakukan sejak 13.000 SM.
Berburu madu sejatinya merupakan pekerjaan cukup berat dan menempuh medan berbahaya, karena harus menuruni tebing terjal. Hasil yang diperoleh juga relatif sedikit.
Sejalan dengan kerusakan hutan akibat perambahan hutan mengakibatkan para pemburu madu mengalami kesulitan untuk mendapatkan komoditas tersebut.
Sehubungan dengan kian sulitnya mendapatkan madu alam tersebut, kini sebagian masyarakat mencoba membudidayakan lebah madu, terutama jenis madu lebih madu trigona.
Sejumlah warga di Desa Bukit Damai, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa barat kini mulai membudidayakan lebah Madu Trigona, karena usaha ini belum banyak dilirik oleh peternak meski memiliki sejumlah kelebihan dan harga yang tinggi.
Beni Azhar, salah seorang pembudidaya lebah madu trigona mengatakan sejak beberapa waktu lebah madu trigona mulai dikembangkan warga di Desa Bukit Damai sejak beberapa bulan terakhir.
Madu trigona
Para peternak lebah madu trigona itu merupakan binaan PT Aman Mineral Nusa Tenggara atau "Amman Mineral" melalui program Comunity Development (Comdev).
Saat ini terdapat sekitar 20 warga yang beternak lebah madu trigona. Setiap peternak lebah madu trigona mendapat bantuan 50 stup lebah madu trigona. Untuk pemerliharaan para peternak masih di dampingi tenaga ahli di bidangnya sehingga para peternak masih terus akan belajar belajar.
Hairi azhari, pendamping budi daya lebah madu trigona ini juga mengatakan budidaya lebah madu trigona yang saat ini dikelola warga ada dua jenis, yakni trigona "biroi" dan "trigona lefiset".
Dari kedua jenis lebah madu itu trigona lebih tahan di segala kondisi dan tingkat migrasinya rendah dan masa panennya tidak terlalu makan waktu.
Selain membina warga melalui program Comdev, Amman Mineral juga mengembangkan budidaya madu dari lebah jenis Trigona SP di areal reklamasi bekas lahan tambang Batu Hijau, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Budidaya madu Trigona ini selain bertujuan untuk menjadi salah satu indikator keberhasilan program reklamasi yang dijalankan, sekaligus untuk mendorong masyarakat dalam mengembangkan serta membudidayakan lebah Trigona sebagai alternatif solusi yang dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat di sekitar area pertambangan.
Anita Avianty, Head of Corporate Communications Amman Mineral menjelaskan, program uji coba budidaya madu Trigona ini sudah dimulai sejak Mei 2018 dengan menempatkan sekitar 50 buah kotak lebah atau stup di area Nursery sebagai program percobaan (Pilot Project) selama 6 bulan.
"Rata-rata 1 kotak lebah Trigona dapat menghasilkan sekitar 1 liter madu pertahunnya dengan harga jual sekitar Rp300.000 per liter, sehingga sangat potensial untuk membantu pendapatan masyarakat apalagi saat ini kami menargetkan untuk bisa panen 4 kali dalam setahun." katanya.
Keberadaan budidaya madu Trigona di area reklamasi juga membantu proses penyerbukan atau polinasi dalam menjaga pertumbuhan keanekaragaman vegetasi dan kesediaan makanan bagi satwa lainnya yang ada di areal reklamasi.
Selain itu, budidaya Trigona ini diharapkan dapat menjadi salah satu obyek agrowisata dan alternatif penggerak ekonomi masyarakat pascatambang mengingat budidaya lebah Trigona relatif cukup mudah dilakukan.
Berbeda dengan madu hutan yang perlu dicari bahkan sampai bermalam-malam menginap di hutan, pengembangan madu Trigona ini dapat dibudidayakan di sekitar rumah atau pekarangan setelah masyarakat mendapat indukannya dari alam.
Lebah Madu Trigona SP adalah lebah tanpa sengat (stingless bee) dan hidupnya tidak bergantung kepada polen bunga seperti jenis lebah madu lainnya.
Dengan sifatnya yang unik, Trigona dapat dibiakkan dimana saja dengan syarat terdapat sumber resin atau getah dari pohon sekitar untuk dapat menghasilkan propolis didalamnya.
Madu Trigona ini adalah madu yang dihasilkan oleh propolis Trigona di hutan yang bebas polusi. Adapun khasiat madu Trigona ini adalah untuk menjaga kesehatan dan membantu menjaga daya tahan tubuh.(*)