Pengolahan sampah menggunakan 'tempah dedoro' dikembangkan di Mataram

id DLH,Kota Mataram,tempah dedoro,pengolahan sampah

Pengolahan sampah menggunakan 'tempah dedoro' dikembangkan di Mataram

Model "tempah Dedoro" atau tempat sampah organik yang kini di kembangkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagai salah satu upaya penanganan sampah rumah tangga bisa menjadi tempat bersantai. ANTARA/HO-DLH Mataram.

Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengembangkan sistem pengolahan sampah dengan menggunakan "tempah dedoro" atau tempat sampah organik sebagai upaya penanganan sampah secara mandiri.

Pelaksana Harian Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Irwansyah di Mataram, Rabu, mengatakan sistem "tempah dedoro" itu dibuat dengan menggunakan buis beton dan penutup serta diberi lubang untuk membuang sampah organik.

"Melalui wadah itu, masyarakat bisa mengolah sampah organik secara mandiri di rumah atau lingkungan masing-masing," katanya.

Untuk menghilangkan aroma dari sampah organik dan sisa makanan, masyarakat bisa menyemprotkan cairan EM4 sekaligus mempercepat penguraian.

Selain itu, masyarakat bisa menggunakan air bekas cuci beras yang mudah didapatkan.

"Setelah sampah organik terurai, masyarakat bisa panen kompos sebagai pupuk alami untuk tanaman," katanya.

Baca juga: Pemkot Mataram kembali usulkan pembangunan TPST Kebon Talo Mataram

Untuk memasyarakatkan sistem pengolahan sampah dengan "tempah dedoro" itu, DLH Kota Mataram sudah membuat surat edaran Wali Kota Mataram ke semua organisasi perangkat daerah (OPD) di daerah itu.

Dia mengharapkan semua OPD membuat "tempah dedoro" di kantor masing-masing, termasuk kecamatan dan kelurahan.

"Untuk di Dinas Pendidikan, kami harapkan bisa dilanjutkan ke sekolah agar semua sekolah di Mataram bisa punya 'tempah dedoro' untuk mengolah sampah secara mandiri," katanya.

"Tempah dedoro" tersebut, ujarnya, bisa menjadi tempat bersantai dan berinteraksi, sebab "tempah dedoro" yang dibuat dari buis beton yang sudah tertutup bisa berfungsi menjadi meja, tinggal dilengkapi dengan kursi dari barang-barang bekas juga.

Baca juga: DLH: Pengolahan sampah gunakan insinerator di Mataram zero emisi

Jika semua OPD dan sekolah bisa membuat pengolahan sampah organik "tempah dedoro", pihaknya optimistis akan terjadi pengurangan volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Kalau program itu bisa berjalan sesuai rencana, kami bisa tekan volume sampah ke TPA yang tentunya berdampak pada efisiensi anggaran," katanya.

Data DLH Kota Mataram mencatat volume sampah di daerah itu dalam sehari mencapai 200-220 ton, sedangkan sekitar 40 ton sudah bisa diolah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya, dan sisanya masih di buang ke TPA.

Baca juga: Saat insinerator jadi taruhan masa depan sampah di Mataram
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB- Di balik asap insinerator, PR sampah Mataram belum usai
Baca juga: Residu pengolahan sampah dengan insinerator di Mataram hanya 10 kg

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.