Lombok Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengoptimalkan pelaksanaan program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) guna mempercepat penurunan stunting di daerah setempat pada tahun ini.
"Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Lombok Tengah memasuki tahap penguatan dengan melaksanakan program Genting," kata Wakil Bupati Lombok Tengah M Nursiah di Lombok Tengah, Rabu.
Ia mengatakan kegiatan Genting 2025 fokus pada optimalisasi pemanfaatan data keluarga risiko stunting (KRS).
Percepatan penurunan stunting, kata dia, membutuhkan strategi komprehensif dan kolaborasi lintas sektor.
“Meningkatkan kesadaran masyarakat, memperkuat strategi percepatan, serta memastikan kualitas pelayanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil, balita, remaja putri, hingga calon pengantin adalah fondasi yang tidak bisa ditawar,” ujarnya.
Baca juga: Program Genting disosialisasikan di Lombok Utara
Ia mengatakan kerja bersama dengan sektor swasta menjadi instrumen penting menekan angka stunting secara berkelanjutan.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (BP3AP2KB) Kabupaten Lombok Tengah Kusriadi menyoroti pentingnya pendekatan berbasis data KRS sebagai dasar perencanaan intervensi.
Dia mengatakan pencegahan stunting tidak dapat hanya bertumpu pada pemerintah.
“Kami perlu bermitra dengan swasta dan berbagai lembaga untuk menguatkan upaya pencegahan. Data KRS menjadi potret penting untuk memastikan intervensi tepat sasaran,” ujarnya.
Baca juga: Program Genting digencarkan di Mataram guna turunkan angka stunting
Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia (P2M) Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Lombok Tengah Sri Mulyana Widiastuti menjelaskan tren perubahan angka stunting berdasarkan data SSGI.
Lombok Tengah tercatat berada pada 17 persen pada 2023, melonjak ke 36 persen pada 2024, dan turun ke 24,9 persen pada 2025.
Ia mengatakan pencapaian target 10 persen dalam 10 tahun ke depan menjadi tantangan besar yang hanya bisa dijawab melalui kerja bersama.
“Jika semua bergerak, berkolaborasi, dan menjalankan perannya secara aktif, insyaallah target ini tercapai. Aplikasi Bangda harus diisi dengan benar dari tingkat desa, puskesmas, hingga OPD,” ujarnya.
Ia mengingatkan penilaian kinerja stunting dilakukan setiap tahun oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, sehingga ketepatan data menjadi krusial.
Baca juga: Genting telah jangkau 229 ribu anak asuh risiko stunting
Baca juga: Gerakan orang tua asuh cegah stunting gencar di Kota Bima
