Program Genting digencarkan di Mataram guna turunkan angka stunting

id Dinas Kesehatan,DP2KB,program Genting,Kota Mataram

Program Genting digencarkan di Mataram guna turunkan angka stunting

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram HM Carnoto. ANTARA/Nirkomala.

Mataram (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menggencarkan Program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) sebagai langkah percepatan penurunan kasus stunting di kota itu.

Kepala DP2KB Kota Mataram HM Carnoto di Mataram, Selasa, mengatakan Program Genting sebagai upaya mendorong partisipasi aktif masyarakat menjadi orang tua asuh dengan bergotong royong membantu Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dengan dukungan gizi, kesehatan, dan edukasi.

"Selain itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan stunting," katanya.

Program Genting, lanjutnya, melibatkan berbagai pihak seperti BUMN, BUMD, swasta, bahkan secara individu bersama-sama menurunkan angka stunting.

Baca juga: Genting telah jangkau 229 ribu anak asuh risiko stunting

Apalagi, lanjutnya, tahun 2025 Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram telah menargetkan angka stunting di kota itu bisa mencapai 5 persen dari angka saat ini sebenar 6,7 persen atau sekitar 1.500 kasus stunting.

Jumlah kasus stunting di Kota Mataram sebesar 6,7 persen itu berada para peringkat kedua terendah dari 10 kabupaten/kota di NTB. "Kasus stunting terendah pertama ada di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), selanjutnya Kota Mataram berada pada urutan kedua," katanya.

Melalui Program Genting, kata dia, diharapkan masyarakat dan semua pihak di Kota Mataram bisa berkolaborasi dan berkomitmen menurunkan angka stunting agar target penurunan yang ditetapkan bisa tercapai.

"Untuk melaksanakan Program Genting kami juga berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kota Mataram," katanya.

Baca juga: BKKBN NTB sosialisasikan program 'genting' turunkan kasus stunting

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram Emirald Isfihan sebelumnya mengatakan orang tua asuh berperan memberikan dukungan serta bantuan peningkatan gizi terhadap balita stunting, termasuk keluarganya secara sukarela.

Kolaborasi dalam penanganan stunting sangat penting karena tidak bisa dilakukan penanganan sendiri oleh Dinas Kesehatan maupun DP2KB, tapi harus dilakukan kolaborasi dengan semua pihak.

"Alasannya kasus stunting muncul karena dipicu banyak faktor, seperti faktor ekonomi, lingkungan, sanitasi, dan lainnya," kata dia.

Di sisi lain, tambah Emirald, peran kelurahan, lingkungan, dan para kader, sangat penting untuk mendorong masyarakat agar aktif melakukan kegiatan penimbangan bayi dan balita setiap bulan melalui posyandu pada masing-masing lingkungan.

"Penimbangan bayi dan balita sehat juga bisa mempengaruhi persentase kasus stunting. Kalau yang datang nimbang hanya balita stunting, maka di data akhir bisa saja kasus stunting jadi naik sebab pembaginya kurang," katanya.

Baca juga: Gerakan orang tua asuh cegah stunting gencar di Kota Bima
Baca juga: Mendukbangga jelaskan penerapan Genting

Pewarta :
Editor: Abdul Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.