Dalam kesempatan tersebut Erick Thohir menerima bendera pataka dari Menteri Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang turut hadir juga membuka seminar dengan bertemakan meningkatkan kesetaraan gender melalui gerakan Olimpiade.
"Karena kesetaraan gender adalah bagian yang penting yang harus didorong dan didukung, sebagaimana yang diamanahkan dalam undang-undang nomor 3 tentang sistem keolahragaan nasional dan AD/ART KOI," kata Erick Thohir saat berlangsungnya Seminar "Women in Sport" di Jakarta, Rabu.
Dalam seminar yang bersub tema tantangan yang dihadapi wanita dalam dunia olahraga, diikuti sedikitnya 300 peserta itu juga dihadiri oleh para perempuan pahlawan olahraga nasional seperti, legenda hidup bulu tangkis Indonesia Susy Susanti, atlet lompat jauh Maria Londa, atlet renang difable Stephanie Handoyo, Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tandiyo Rahayu, dan sejumlah perangkat olahraga nasional.
Ia menjelaskan, yayasan olahraga untuk perempuan ini untuk melindungi dan mengkondisikan gerakan olimpiade yang di dalamnya mengandung nilai-nilai.
"Ini juga bisa kita imbangi tidak hanya untuk mencari bibit-bibit, tapi memberikan edukasi-edukasi kesetaraan, kesempatan lain yang bisa bermanfaat untuk perempuan khususnya di bidang olahraga," ungkap Erick.
Ia juga menjelaskan dalam setahun ke depan program yang akan direalisasikan dengan mengadakan seminar-seminar untuk edukasi.
"Jika untuk mempersiapkan atlet buat Olimpiade 2020 sudah terladu dekat, dan sudah ada cabornya," kata Erick.
Menurut dia, aksi dari atlet Indonesia tidak kalah dengan atlet negara lain. Jumlah medali yang diperoleh atlet putri hampir 40 persen dari total medali Indonesia yang diperoleh. Sejajar dengan arahan besar Olimpiade yang tidak lain mengharapkan kesetaraan daripada atlet-atlet perempuan bisa berprestasi di Olimpiade.
Sementara Puan Maharani menjelaskan melalui yayasan itu, semua perempuan-perempuan harus bersatu, untuk bersama-sama memajukan apapun yang diinginkan di semua bidang. Secara kongkret di olahraga. Tentu saja bagaimana adanya kemauan, kebersamaan yang dilatih dengan semua hal yang memang bermanfaat secara bersama. "Namun jangan melupakan keberagaman toleransi dan Bhineka Tunggal Ika karena sangat penting untuk bisa membuat sport itu sportif."
Ketika Puan Maharani ditanya mengenai usia prestasi perempuan tidak panjang, ia menjawab bahwa itu merupakan masalah kodrat yang tidak bisa dilawan, namun harus ada kemauan darei masing-masing atlet perempuan.
"Banyak hal yang bisa dilakukan mantan atlet perempuan, yakni menjadi pelatih untuk mendorong prestasi dari atlet-atlet muda dalam berbagi pengalaman. Hal seperti itu yang kita lakukan bersama sehingga posisi atlet perempuan di olahraga menjadi lebih baik dari sebelumnya," ungkap Puan Maharani.