WARGA TIONGHOA MATARAM RAYAKAN IMLEK DENGAN SEDERHANA

id

          Mataram, 25/1 (ANTARA) - Warga Tionghoa di Mataram, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sepakat untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2560, tanggal 26 Januari 2009 dengan sesederhana mungkin agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.

         "Kesepakatan itu dicapai dalam rapat pengurus Perkumpulan Sosial Bhakti Mulia (PSBM) Mataram, beberapa waktu lalu," kata Ketua PSBM Mataram, S. Widjanarko alias Wang Ping Sen, di Mataram, Minggu.

         PSBM Mataram merupakan organisasi paguyuban komunitas Tionghoa yang memayungi sekitar 20 ribu warga Tionghoa di Kota Mataram.

         Widjanarko mengatakan, komunitas Tionghoa di Mataram menyadari sepenuhnya kondisi ekonomi di Indonesia yang juga terpengaruh krisis finansial global yang awalnya muncul di Amerika Serikat, awal Oktober 2008.

         "Kami pun demikian, agar terhindar dari kecemburan sosial, karena tidak baik bermewah-mewah sementara orang lain hidup dalam berbagai keprihatinan," ujarnya.

         Apalagi, tambah Widjanarko, dua pekan lalu warga Mataram di sejumlah lokasi terkena musibah banjir akibat luapan air sungai setelah hujan deras disertai angin kencang.

         Menurut dia, perayaan Imlek tahun 2009 ini relatif berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena dilaksanakan sesederhana mungkin, namun tidak mengurangi makna keharmonisan sesama warga Mataram.

         Perayaan Imlek termeriah di Kota Mataram terjadi pada tahun 2007 yang diwarnai berbagai atraksi kemeriahan di berbagai lokasi.

         Sementara perayaan Imlek tahun 2008 relatif sederhana karena dilakukan menjelang pemilihan kepala Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2008-2013, yang rentan terjadinya gesekan kepentingan.

         "Tahun ini lebih sederhana lagi karena selain untuk menghindari kecemburuan sosial di tengah krisis finansial global, juga karena menjelang Pemilu 2009 dan cukup banyak warga Tionghoa yang menjadi caleg (calon legislatif)," ujarnya.

         Perayaan Imlek itu akan diawali dengan acara kumpul keluarga beberapa jam sebelum memasuki Tahun Baru Imlek, guna mendapatkan petuah dari tetua di masing-masing keluarga.

         Menjelang detik-detik tahun baru, sebagian warga Tionghoa menuju Klenteng untuk mendoakan leluhurnya dan dirinya beserta keluarga yang masih hidup agar mudah mendapatkan rezeki.

         Usai berdoa di Klenteng atau rumah masing-masing, warga Tionghoa saling bersalaman dan bergembira menyambut Tahun Baru Imlek.

         "Saat perayaan Tahun Baru Imlek itu, kaum muda mendatangi yang tua untuk menyampaikan permohonan maaf jika merasa ada salah sekaligus mendapat petuah dan angpao," ujarnya.(*)