Mataram (ANTARA) - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat telah mempekerjakan 105 orang atau 90 persennya merupakan warga sekitar sejak diresmikan pada Mei 2024,
"Kami di sini mempekerjakan 90 persen warga sekitar, sisanya dari Kota Mataram," ujar Direktur TPST Sandubaya, Kamarudin, saat ditemui di Mataram, Kamis.
Dari 105 pekerja, terbagi menjadi pemilah sampah berjumlah 54 orang, pembuat bata beton atau paving blok 10 orang, serta budidaya maggot 41 orang.
Kamarudin mengungkapkan para pekerja TPST telah menjalani pelatihan selama dua bulan mulai dari pelatihan memilah sampah, budidaya maggot hingga pembuatan bata beton.
"Sudah kami latih selama dua bulan. Mereka telah dilatih dari pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Bank Sampah. Bank Sampah sudah berpengalaman kurang lebih dua tahun dalam mengolah sampai organik dan anorganik," imbuhnya.
Meski usianya masih muda, TPST Sandubaya telah berhasil menyulap sampah organik maupun anorganik menjadi produk unggulan mulai dari pupuk yang berasal dari sampah organik dan kotoran maggot.
Pupuk organik telah dipasarkan hingga ke Lombok Timur. Sedangkan, produk maggot telah dikirim hingga ke Jakarta.
Adapun sampah anorganik diolah menjadi bata beton. Sementara ini produk bata beton tersebut belum dapat dipasarkan karena jumlah produksi yang terbatas.
Selama beroperasi, penyerapan tenaga kerja lokal dilakukan sebagai bentuk pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.
"Kami buka lapangan pekerjaan karena TPST dibangun di daerah mereka. Untuk perubahan ekonomi secara signifikan belum terlihat karena ini masih baru," pungkas Kamarudin.
"Kami di sini mempekerjakan 90 persen warga sekitar, sisanya dari Kota Mataram," ujar Direktur TPST Sandubaya, Kamarudin, saat ditemui di Mataram, Kamis.
Dari 105 pekerja, terbagi menjadi pemilah sampah berjumlah 54 orang, pembuat bata beton atau paving blok 10 orang, serta budidaya maggot 41 orang.
Kamarudin mengungkapkan para pekerja TPST telah menjalani pelatihan selama dua bulan mulai dari pelatihan memilah sampah, budidaya maggot hingga pembuatan bata beton.
"Sudah kami latih selama dua bulan. Mereka telah dilatih dari pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Bank Sampah. Bank Sampah sudah berpengalaman kurang lebih dua tahun dalam mengolah sampai organik dan anorganik," imbuhnya.
Meski usianya masih muda, TPST Sandubaya telah berhasil menyulap sampah organik maupun anorganik menjadi produk unggulan mulai dari pupuk yang berasal dari sampah organik dan kotoran maggot.
Pupuk organik telah dipasarkan hingga ke Lombok Timur. Sedangkan, produk maggot telah dikirim hingga ke Jakarta.
Adapun sampah anorganik diolah menjadi bata beton. Sementara ini produk bata beton tersebut belum dapat dipasarkan karena jumlah produksi yang terbatas.
Selama beroperasi, penyerapan tenaga kerja lokal dilakukan sebagai bentuk pemberdayaan bagi masyarakat sekitar.
"Kami buka lapangan pekerjaan karena TPST dibangun di daerah mereka. Untuk perubahan ekonomi secara signifikan belum terlihat karena ini masih baru," pungkas Kamarudin.