Mataram (ANTARA) - Suasana sore di Lapangan Jalan Baru Toh Pati, Kelurahan Cakranegara Utara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, tampak berbeda dari biasa. Di tengah riuh aktivitas kota, area itu menjadi ruang terbuka yang ramai dipenuhi oleh masyarakat yang bermain layang-layang.

Lapangan luas tanpa penghalang menjadi tempat favorit warga, terutama anak-anak dan para pemuda untuk mengisi waktu luang dengan aktivitas budaya tersebut. Beberapa warga dewasa turut mendampingi anak-anak yang antusias menerbangkan layang-layang kreasi mereka.

"Yang pertama areanya luas, tidak ada penghalang. Yang kedua, bisa berkumpul dengan teman-teman penggemar layangan lainnya," ujar Dimas (38) saat ditemui di Mataram, Sabtu.

Baca juga: Edukasi unik: Layangan dari sampah hiasi langit Loang Baloq Mataram

Dimas menuturkan lokasi tersebut juga dipilih karena jauh dari permukiman sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat sekitar.

Harga layang-layang yang dimainkan pun bervariasi, mulai dari Rp30 ribu hingga Rp40 ribu untuk ukuran anak-anak dan tergantung pada bahan pembuatan. Sedangkan, layang-layang berukuran besar yang biasa digunakan dalam perlombaan dijual seharga Rp500 ribu hingga Rp1 juta, terutama jika menggunakan bahan kain.

Di lokasi yang sama, sejumlah anggota komunitas layang-layang terlihat tengah mencoba layang-layang mereka sebagai persiapan mengikuti lomba yang akan digelar pada 30-31 Agustus 2025 di Pantai Skip Ampenan.

"Layangan yang kami bawa namanya bebean, ukurannya sekitar 3,4 meter dan biasanya terbuat dari kain," kata Dharmanika (24), seorang ketua dari komunitas layang-layang setempat.

Baca juga: Menikmati tarian alun di langit Kota Mataram

Ia mengatakan lokasi tersebut dipilih karena dekat dari rumahnya. Untuk menerbangkan layangan besar seperti bebean, biasanya dibutuhkan lima hingga lima belas orang karena memerlukan tenaga ekstra.

"Jenis-jenis layangan itu ada bebean, janggan yang ekornya panjang, kwir dengan ekor pendek, dan yang akan dilombakan nanti adalah bebean, janggan, dan celetuk air beras," jelas Dharmanika.

Komunitas yang dipimpinnya beranggotakan kerabat dan keluarga, dengan sistem kas bersama untuk pembelian bahan-bahan layang-layang yang tergolong cukup mahal.

Kegiatan bermain dan mengembangkan layang-layang ini tidak hanya menjadi sarana rekreasi, tetapi juga upaya melestarikan budaya lokal yang terus berkembang seiring zaman.

Baca juga: Festival layang-layang menghiasi langit Kota Mataram
Baca juga: Satpol PP gencarkan patroli awasi permainan layangan di Mataram


Pewarta : Sugiharto/Muhammad Zunnurain
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025