MAHASISWA NTB DAN TNI BAHAS GERAKAN NII

id

     Mataram, 7/6 (ANTARA) - Sepuluh orang perwakilan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia dan TNI di jajaran Korem 162/Wira Bhakti, membahas permasalahan gerakan Negara Islam Indonesia yang dikabarkan telah menyebar di berbagai kampus.

     Perwakilan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Nusa Tenggara Barat yang dikoordinir Ainul Rahman selaku Ketua KAMMI NTB, itu mendatangi Markas Korem 162/Wira Bhakti, Selasa, guna menggelar "hearing" dengan Komandan Korem (Danrem) 162/Wira BHakti Kolonel Inf Heru Suyono.

     Perwakilan KAMMI NTB itu mengusung tema melemahnya implementasi nilai-nilai Pancasila, yang dikaitkan dengan gerakan organisasi Negara Islam Indonesia (NII).

     Pada kesempatan itu, Ainul mengatakan, tujuan KAMMI bersilaturahmi dan "hearing" dengan Danrem 162/Wira Bhakti itu yakni untuk memperoleh informasi, masukan dan pendapat mengenai gerakan NII yang banyak masuk ke kampus-kampus sebagai wilayah penyebarannya.

     KAMMI NTB pun menginformasikan bahwa mereka telah mengadakan seminar dengan tema "Revitalisasi Cinta Tanah Air" yang bertujuan mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme di NTB.

     Menurut mereka, saat ini, benih-benih radikalisme sudah banyak menjangkau lingkungan kampus, khususnya terkait dengan ideologi yang disebarkan oleh NII.

     "Akibat adanya gerakan NII tersebut, banyak gerakan-gerakan atau organisasi mahasiswa khususnya yang berlandaskan Islam dicurigai dan menjadi sorotan dari berbagai pihak. Untuk itu, KAMMI NTB ingin meminta pendapat saran dan masukan dari Bapak Danrem untuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut," ujarnya.

     Danrem Wira BHakti Kolonel Inf Heru Suyono menyambut baik kepedulian KAMMI NTB terhadap kondisi nasional, khususnya mengenai eksistensi Pancasila sehingga mau menggelar seminar "Revitalisasi Cinta Tanah Air".

     Menurut Heru, generasi muda harus yakin untuk terus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari, karena sekecil apapun usaha yang dilakukan khususnya mahasiswa untuk tetap menegakkan nilai-nilai Pancasila akan sangat membantu untuk melestarikan dan menunjukkan bahwa Pancasila memang merupakan ideologi terbaik bagi bangsa Indonesia.

     Sejak dahulu, para pendahulu dan pendiri negara ini telah menetapkan salah satu pilar terbentuknya negara ini adalah NKRI, UUD 1945, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

     "Niat tersebut harus dimulai dari diri sendiri yang dapat diikuti oleh masyarakat lainnya," ujarnya.

     Terkait permasalahan NII, Heru mengatakan, akhir-akhir ini marak terjadi di berbagai kampus di Indonesia, sebagian besar ideologi NII telah memengaruhi mahasiswa atau akadamisi lainnya, bahkan ada yang menyebarkannya pada Masa Orientasi Mahasiswa (MOM) dengan cara mendekati mahasiswa baru dan menanamkan nilai-nilai radikal.

      Padahal, semestinya banyak peran yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan memanfaatkan berbagai wadah kegiatan atau organisasi yang ada.

      "Mahasiswa juga harus terus memperhatikan lingkungan sekitar, khususnya kepada mahasiswa yang sudah mulai bertingkah tidak wajar, sehingga dapat mengantisipasi banyaknya mahasiswa yang akan terpengaruh dengan ideologi NII," ujarnya.

      Kolonel Heru juga berpendapat bahwa karakteristik masyarakat NTB cenderung  terbuka dengan kehadiran orang-orang yang baru, khususnya yang telah memiliki gelar haji, berpakaian muslim atau berjenggot.

      "Dengan adanya karakteristik seperti ini, diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat dan berbagai elemen masyarakat lainnya dapat bekerja sama dan bersinergi dengan baik agar wilayah NTB aman dan tidak dapat dimasuki oleh teroris ataupun ajaran yang menyesatkan, seperti NII," ujarnya. (Devi/*)