Mataram, 1/7 (ANTARA) - Seorang bapak, Sahdan (45) dan anaknya Ardi (30), dievakuasi oleh Tim SAR dari timbunan tanah sedalam empat meter lebih di saluran drainase di samping jembatan Karang Bedil, Kecamatan Mataram Timur, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu sore.
Tim SAR Mataram dan petugas lapangan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Mataram membutuhkan waktu hampir dua jam untuk mengevakuasi karena harus menyingkirkan pipa kabel telepon yang menghalangi timbunan tanah itu.
Pada awalnya petugas dari Dinas PU Kota Mataram mencoba untuk mengevakuasi, namun setelah satu jam lebih belum juga berhasil mengevakuasi dua orang tukang batu yang terperangkap dalam reruntuhan tanah itu maka meminta bantuan Tim SAR Mataram.
Bahkan, petugas lapangan PU Mataram sempat menggunakan peralatan pemadam kebakaran untuk menggelontorkan timbunan tanah itu ke arah sungai di bawah jembatan Karang Bedil itu, namun tidak juga berhasil menemukan jejak kedua warga Babakan, Kecamatan Sandubaya, yang tertimbun tanah itu.
Proses evakuasi baru terlaksana setelah Tim SAR Mataram diterjunkan ke lokasi, sehingga proses evakuasi sejak insiden itu terjadi hingga kedua korban dapat dievakuasi membutuhkan waktu lebih dari tiga jam.
Meskipun Tim SAR Mataram berhasil mengevakuasi kedua korban tertimbun tanah itu, namun keduanya telah meninggal dunia setelah lebih dari tiga jam terperangkap dalam timbunan tanah itu.
Setelah dievakuasi kedua jenasah bapak dan anak itu dibawa ke RSU Provinsi NTB untuk menjalani 'visum et repertum'.
Insiden tertimbun tanah itu terjadi sekitar pukul 11.30 Wita, ketika lebih dari lima orang tukang batu tengah bekerja menggali tanah untuk pembuatan drainase di samping jembatan itu.
Menurut Kepala Dinas PU Kota Mataram, Makbul Ma'shum, yang didampingi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Normalisasi Drainase, Yus Lifar, pekerjaan galian tanah itu dimaksudkan untuk membentuk drainase permanen.
Proyek normalisasi drainase itu dikerjakan oleh kontraktor CV Diah Sarana yang beralamat di Jalan Pariwisata Kota Mataram, dengan nilai proyek Rp100 juta.
"Proyek ini akan dikerjakan selama tiga bulan dan sudah berlangsung sejak sebulan. Sesuai rencana, saluran air di sisi jembatan itu akan digali kemudian ditata agar membentuk drainase permanen," ujarnya.
Saluran drainase itu, tambah Ma'shum, akan membelah Jalan Amir Hamzah selebar tiga meter itu agar sinkron dengan saluran dainase di tepi Jalan Abdurahman Hakim.
"Ini musibah karena saat bekerja, tanahnya runtuh hingga menimbun dua orang pekerja," ujarnya.(*)