"Letusan Gunung Anak Krakatau hanya akan terjadi kecil, tidak seperti ibunya pada 1883, karena ukurannya juga berbeda," kata dia, saat jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, diameter Gunung Anak Krakatau hanya berkisar dua kilometer. Sedangkan Gunung Krakatau yang meletus pada 1883 memiliki diameter enam kali lipat, yaitu mencapai 12 kilometer.
Meskipun diperkirakan dampak letusannya tidak akan sebesar Gunung Krakatau pada 1883, dia tetap meminta masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Anak Krakatau untuk meningkatkan kewaspadaan tetapi tetap tenang.
"Tetap mengacu pada informasi-informasi resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika," tuturnya.
Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus pada 1883 dengan didahului aktivitas seismik beberapa kali. Suara letusannya sangat kuat, bahkan terdengar hingga Australia dan Mauritius.
Kapal-kapal yang berlayar di Afrika Selatan juga melaporan guncangan tsunami yang disebabkan letusan Gunung Krakatau.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau, Sabtu (22/12), menyebabkan tsunami di Selat Sunda.
Lima kabupaten di dua provinsi terdampak tsunami itu, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten serta Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus di Provinsi Lampung.
Hingga Jumat, jumlah korban meninggal dunia mencapai 426 orang.
Baca juga: BNPB: 1.600 penduduk Pulau Sebesi sudah dipindahkan
Baca juga: Pandeglang paling terdampak tsunami Selat Sunda