Nelayan tak melaut di Mataram diusulkan dapat bantuan beras

id Camat Sekarbela,nelayan Mataram,cuaca ekstrem,nelayan tak melaut,bantuan beras

Nelayan tak melaut di Mataram diusulkan dapat bantuan beras

Plt Camat Sekarbela Kota Mataram Cahya Samudra. ANTARA/Nirkomala

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengusulkan bantuan beras untuk para nelayan yang tidak melaut akibat gelombang pasang dampak cuaca ekstrem.

Plt Camat Sekarbela, Kota Mataram Cahya Samudra, di Mataram, Rabu, mengatakan bahwa usulan bantuan beras tersebut sudah diajukan ke Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Mataram.

"DKP Mataram punya stok beras cadangan pangan untuk antisipasi cuaca ekstrem dan potensi bencana lainnya yang biasa terjadi setiap akhir tahun hingga awal tahun," katanya.

Cahya Samudra yang juga Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram ini mengatakan, beras bantuan nelayan yang diusulkan sebanyak 2 ton untuk sekitar 400 kepala keluarga.

Baca juga: Nelayan terdampak cuaca ekstrem di Mataram dapat bantuan 2 ton beras

Beras tersebut direncanakan akan dibagikan kepada nelayan yang terdampak gelombang pasang dan warga sekitar, sebab selama cuaca ekstrem ini nelayan tidak melaut.

"Bantuan beras yang kami ajukan itu sebagai bentuk perhatian pemerintah untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pokok selama cuaca ekstrem," katanya.

Menurut dia, beras bantuan tersebut direncanakan akan dibagikan pekan depan, sebab pekan ini di kelurahan masih berlangsung pembagian bantuan beras cadangan pangan pemerintah (CPP) dengan jatah setiap keluarga sebanyak 10 kilogram.

"Untuk beras bantuan cuaca ekstrem kami bagikan pekan depan, agar bantuan tidak tumbang tindih," ujarnya.

Baca juga: Nelayan NTB diminta waspadai gelombang tinggi capai 2,5 meter

Cahya mengatakan, setiap tahun wilayah pesisir di Kecamatan Sekarbela menjadi sasaran gelombang pasang mulai dari kawasan Pantai Mapak, Bagek Kembar, hingga Penghulu Agung.

Bahkan dari data yang ada, akibat gelombang pasang terjadi abrasi mencapai setengah meter hingga satu meter setiap tahun. Akibatnya, rumah penduduk yang sebelumnya jauh dari sempadan pantai, kini berada di sempadan pantai.

Pada Desember 2022, sebanyak 27 rumah di Lingkungan Mapak Indah rusak berat bahkan sampai ada rumah yang sebagian hanyut.

Baca juga: Nelayan di Mataram diimbau waspada anomali cuaca

Saat itu para nelayan yang terdampak langsung dievakuasi dan ada juga yang tinggal di rumah keluarga terdekat. Sekarang mereka sudah tinggal di hunian sementara (huntara) yang disiapkan Pemerintah Kota Mataram.

"Untuk saat ini, dampak cuaca ekstrem masih terkendali dan belum ada warga yang dievakuasi. Semoga tidak pernah ada," katanya.

Terkait dengan hal itu, sebagai langkah antisipasi pihaknya aktif menyampaikan imbauan melalui RT, kepala lingkungan, dan lurah agar selama cuaca ekstrem warga tidak beraktivitas berlebihan di pinggir pantai.

Selain itu, masyarakat juga diminta berpartisipasi aktif menyampaikan potensi bencana di sekitarnya terutama gelombang pasang, agar aparat bisa segera mengambil langkah-langkah penanganan.

"Misalnya ketika gelombang pasang air masuk ke rumah warga, kami bisa berkoordinasi dengan PLN untuk matikan jaringan listrik sementara agar tidak terjadi bencana lebih luas," katanya.

Baca juga: Kemenhub bagikan 2.666 alat keselamatan pelayaran
Baca juga: Puluhan rumah warga pesisir Ampenan Mataram terkena dampak abrasi
Baca juga: 1.763 nelayan terdampak cuaca ekstrem di Lombok Utara dapatkan bantuan
Baca juga: 416 nelayan terdampak cuaca ekstrem di Lombok Barat dapatkan bantuan