Mataram (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Washington akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin navigasi yang aman di Timur Tengah, karena ketegangan meningkat setelah serangan terhadap kapal tanker minggu lalu.
Minyak mentah berjangka Brent naik 27 sen AS atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 62,28 dolar AS per barel pada pukul 00.40 GMT (07.40 WIB). Minyak mentah yang menjadi acuan internasional ini naik 1,1 persen pada perdagangan Jumat (14/6/2019).
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) bertambah naik 18 sen AS atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 52,69 dolar AS per barel. Minyak mentah WTI naik 0,4 persen di sesi perdagangan akhir pekan lalu.
Harga minyak telah melonjak sebanyak 4,5 persen pada Kamis (13/6/2019) setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak di dekat Iran dan Selat Hormuz.
Ini adalah kedua kalinya dalam sebulan kapal tanker diserang di zona terpenting dunia untuk pasokan minyak karena ketegangan meningkat antara Amerika Serikat dan Iran. Washington menyalahkan Iran atas serangan pada Kamis (13/6/2019), mendorong bantahan dan kritik dari Teheran.
"Kami tidak ingin perang. Kami telah melakukan apa yang kami bisa untuk mencegah hal ini," kata Pompeo dalam sebuah wawancara dengan Fox News Minggu (16/6/2019), menambahkan: "Orang-orang Iran harus memahami dengan sangat jelas bahwa kami akan terus mengambil tindakan yang menghalangi Iran untuk terlibat dalam perilaku semacam ini. "
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan tahun lalu antara Iran dan kekuatan global yang bertujuan untuk mengekang ambisi nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi-sanksi.
Iran telah berulang kali memperingatkan akan memblokir Selat Hormuz jika tidak bisa menjual minyaknya karena sanksi-sanksi AS.
Hal lain yang juga mendukung harga minyak adalah komentar selama akhir pekan oleh menteri energi Saudi, Khalid al-Falih, bahwa OPEC mungkin akan bertemu pada minggu pertama Juli dan dia berharap akan mencapai kesepakatan tentang perpanjangan pembatasan produksi minyak.
"Kami berharap bahwa kami akan mencapai konsensus untuk memperpanjang perjanjian kami ketika kami bertemu dalam waktu dua minggu di Wina," kata Falih kepada wartawan saat menghadiri pertemuan menteri-menteri energi dan lingkungan G20 di Karuizawa, barat laut Tokyo.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) plus Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, memiliki kesepakatan untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari. Pakta itu berakhir bulan ini dan kelompok tersebut akan bertemu pada minggu-minggu mendatang memutuskan langkah selanjutnya.
Baca juga: Operator: Tanker Jepang yang diledakkan berlabuh di lepas pantai UAE
Baca juga: Arab Saudi salahkan Iran atas serangan terhadap tanker