PALAPA RING BABAK BARU INDUSTRI TIK

id



Roike Sinaga

Jakarta (ANTARA) - Industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di tanah air mencatat sejarah baru dengan dimulainya pembangunan proyek mercusuar Palapa Ring.

Pada 30 November 2009, atau satu bulan menjelang tutup tahun 2009 tonggak sejarah itu terukir yang ditandai dengan peresmian pembangunan awal oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Melalui video konferensi, Presiden yang berada di Istana Negara, Jakarta, berbicara dengan Menkominfo Tifatul Sembiring di Mataram, Nusa Tenggara Barat, sebagai pertanda dimulainya penggelaran serat optik sepanjang 1.041 km yang menghubungkan Mataram-Kupang.

Palapa Ring merupakan suatu program pemerintah membangun jaringan serat optik internasional terdiri atas 7 cincin (ring) melingkupi 33 ibukota provinsi dan 460 kabupaten 440 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Setiap cincin nantinya akan meneruskan akses frekuensi pita lebar dari satu titik ke titik lainnya di setiap kabupaten, yang mendukung jaringan serat optik pita lebar berkecepatan tinggi dengan kapasitas 300 Gbps hingga 1.000 Gbps di daerah tersebut.

Jaringan ini menjadi tumpuan semua penyelenggara dan pengguna jasa telekomunikasi yang membutuhkan transfer data dalam kecepatan tinggi atau pita lebar.

Infrastruktur yang akan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik penyelenggara jaringan telekomunikasi di Kawasan Indonesia Timur (KTI).

Proyek Palapa Ring membutuhkan total biaya sekitar 1,5 miliar dolar AS itu terdiri atas 35.280 kilometer "submarine cable" dan 21.708 kilometer "inland cable".

Khusus di KTI, pembangunan Palapa Ring sepanjang 10.812 km yang menghubungkan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua itu merupakan impian masyarakat karena dalam waktu dekat dapat menikmati berbagai layanan telekomunikasi yang tidak terbatas pada percakapan suara, tetapi juga akan tersedia akses data internet berkecepatan tinggi.

Menkominfo Tifatul Sembiring mengatakan, apabila Indonesia berhasil membangun Ring Palapa dengan kapasitas tak terbatas, maka negara ini bisa memiliki daya tawar akses ke negara-negara Tier 1 (Amerika Serikat, dan Eropa) melalui tiga benua dan dua dua samudera karena memiliki jumlah pengguna internet potensial.

"Ujung cincin dari proyek ini seperti di Papua bisa menjangkau Samudera Pasifik," kata Tifatul.

Bukan itu saja, dengan infrastruktur yang sudah terbangun tarif internet diharapkan lebih rendah daripada saat ini, komunikasi data yang semula untuk akses Indonesia Internet Exchange (IIX) atau landing point para Network Acces Provider (NAP) tidak perlu lagi melalui Jakarta.

Penamaan proyek Palapa Ring sesungguhnya adalah salah satu wujud apresiasi konkret pemerintah terhadap momentum sejarah atas komitmen politik Sumpah Palapa oleh Maha Patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, dalam mempersatukan Nusantara.

Bahkan demikian pentingnya Palapa Ring ini, Dekominfo menjadikannya masuk dalam program 100 hari kerja Menkominfo Tifatul Sembiring sebagai salah satu parameter yang harus dicapai dalam menyediakan infrastruktur TIK bagi masyarakat.

Palapa Ring dirintis sejak Menkominfo dijabat Sofian Djalil, yang dilanjutkan Penandatanganan Nota Kesepahaman Konsorsium Palapa Ring tanggal 25 Mei 2007.

Saat Depkominfo dijabat Muhammad Nuh, kemudian dilakukan penandatanganan Perjanjian Konsorsium pada 10 November 2007 dengan mendorong PT Telkom sebagai pemimpin korsorsium.

Proyek Palapa Ring adalah contoh pertama proyek jaringan infrastruktur fiber optik yang diimplementasikan melalui mekanisme "public-private partnership" (kemitraan pemerintah dan swasta) di Indonesia.

Anggota Konsorsium Palapa Ring ini pada awalnya terdiri dari 7 perusahaan yang umumnya adalah penyelenggara telekomunikasi.

Namun belakangan hanya tiga operator yaitu Telkom, Indosat dan Bakrie Telecom yang bertahan dan menyatakan komitmen mengambil bagian membangun infrastruktur tersebut.

Faktanya, Telkom yang terlebih dahulu melakukan inisiatif membangun kabel optik sepanjang 1.041 km atau bagian selatan kawasan Timur Indonesia, sedangkan bagian utara diharapkan dibagun bersama konsorsium.

Dengan investasi sekitar 52 jua dolar AS, pembangunan serat optik yang melalui jalur darat dan kabel bawah laut ini ditergetkan selesai November 2010.

Adapun pembangunan optik sepanjang 1.041 km itu meliputi, Mataram?Kawinda Nae sepanjang 292,3 km, Kawinda Nae?Raba (142,5 km), Raba?Waingapu (307,5 km), Waingapu?Ende (210,1 km), dan Ende?Kupang (285,4 km).

Konsorsium Palapa Ring ini nantinya akan membangun serat optik pada awal 2011 dari Manado, Ternate, Sorong, Ambon, Kendari hingga Makassar.

Jaringan yang dibangun yaitu Manado-Bitung (58 km), Bitung-Ternate (303,3 km), Ternate-Sorong (658,5 km), Sorong-Ambon (722,8 km), Ambon-Kendari (778,5 km), Kendari-Kolaka (192 km), Kolaka-Watampone (156,3 km), Watampone-Bulukumba (157 km) dan Bulukumba-Makassar (194 km).

Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah mengatakan, dengan backbone tersebut akan memperkuat dan memudahkan Telkom dalam mengembangkan dan mengintegrasikan bebagai layanan, khususnya di KTI.

Dengan terintegrasinya kawasan barat, tengah dan timur Indonesia otomatis mewujudkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dengan nama "Telkom Super Highway", yang mendukung implementasi transformasi Telkom dari sedianya berbasis suara menjadi layanan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME).

Melalui infrastruktur tersebut maka layanan yang diberikan akan mampu membawa data dan informasi dengan kecepatan tinggi guna mendukung next generation nationwide broadband network (NG-NBN).

"Kapasitas serat optik untuk jalur Mataram-Kupang saja bisa menampung 32 juta pelanggan Speedy atau 120 juta pelanggan IPTV (siaran televisi berbasis internet)," ujar Rinaldi.

Keseriusan Telkom membangun infrastuktur Palapa Ring mendapat pujian dari berbagai kalangan.

"Pemerintah bangga bahwa Telkom sebagai perusahaan milik negara mengambil inisiatif membangun proyek ini," katanya.


Kemitraan Swasta-Pemerintah

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional untuk pengembangan teknologi komunikasi informasi (ICT) di tiga sektor, yakni e-government, e-education, dan e-business.

Untuk itu, ujar Kepala Negara, diperlukan kebersamaan antara pemerintah dan dunia usaha untuk mengembangkan ICT di sektor pemerintah, pendidikan, dan bisnis.

Diharapkan, teknologi akan merambah dan menjangkau seluruh sendi masyarakat, karena dengan kontribusi teknologi, maka wajah dari demokrasi Indonesia semakin terbuka melalui "open society" yang membuka peluang kratif dan inovatif.

Kemitraan swasta dan pemerintah pada Palapa Ring merupakan hal yang mutlak, selain keterbatasan anggaran negara, juga harus melibatkan semua pihak dalam menyediakan layanan yang lebih baik kepada publik.

Sementara itu, Ketua Bidang Teknologi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Taufik Hasan menjelaskan, bagi perusahahaan sekelas Telkom membangun serat optik di KTI sangat mendesak karena selama ini di wilayah tersebut masih mengandalkan gelombang mikro digital dengan kapasitas kecil.

"Telkom sudah memiliki jalur serat optik dari Sumatera sampai Bali, dan sebagian Kalimantan. Konsep Palapa Ring akan mendorong adanya backbone dengan kapasitas sangat besar," ujar Taufik.

Sejatinya, Telkom sebagai perusahaan dimana sahamnya mayoritas dimiliki pemerintah merupakan hal yang wajar mengambil inisiatif untuk memulai pembangunan Palapa Ring, yang sebelumnya sempat tarik ulur.

Karena itu sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur Palapa Ring diminta memberi penghargaan berupa insentif kepada perusahaan yang membangun.

Juru Bicara Konsorsium Palapa Ring Rakhmat Junaedi menjelaskan, anggota konsorsium lainnya tetap berkomitmen meneruskan proyek tersebut, terutama setelah Telkom memulai dengan rute Mataram-Kupang.

"Anggota konsorsium lainnya akan menyewa untuk rute yang dibangun Telkom. Jika sektor utara tidak dibangun, investasi besar akan terbuang percuma," kata Rakhmat.

Ia menegaskan, anggota konsorsium tidak akan menyusut meskipun beredar isu bahwa PT Indosat akan mengurangi kontribusi atau berhenti sebentar dari keanggotaan seperti XL.

Langkah ini diambil Indosat disinyalir karena anak usaha Qatar Telecom tersebut pada tahun depan diperkirakan akan mengeluarkan dana besar untuk membayar obligasi sebesar 234,7 juta dollar AS yang jatuh tempo.

Selain itu Indosat akan lebih fokus mengomersialkan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Jakabare yang menghubungkan Indonesia dengan Singapura. Indosat sendiri pada tahun depan diperkirakan hanya memiliki belanja modal sebesar 650 juta dollar AS pada tahun depan.

Sesungguhnya, pembangunan infrastruktur apapun bentuknya bisa dibiayai dari APBN. Kalau jaringan backbone kurang diminati swasta sebenarnya inisiatif bisa diambil alih pemerintah, seperti yang dilakukan di sejumlah negara seperti Australia dan Singpura demi memanfaatkan broadband untuk kemajuan ekonominya.(*)