"Saya tadi sudah menginstruksikan kepada Gubernur Bali, teman-teman di Angkasa Pura 1 dan Otoritas Bandara Bali untuk membuat Bandara Ngurah Rai lebih produktif," ujar Budi Karya Sumadi di Denpasar, Bali pada Jumat.
Dia menjelaskan bahwa cara membuat bandara tersebut lebih produktif yakni pertama meningkatkan movement atau pergerakan, di mana dari 30 pergerakan bisa ditingkatkan menjadi 32 pergerakan dalam satu jam.
Baca juga: 2,3 juta wisman kunjungi Bali melalui Bandara Ngurah Rai
Saat ini total "notice of airport capacity" di Bandara Ngurah Rai Bali tercatat 30 penerbangan per jam, terdiri dari 29 penerbangan terjadwal dan satu penerbangan tidak terjadwal.
Cara kedua yakni membuat klaster di mana penerbangan dari luar Bali tidak semuanya langsung masuk ke Bali.
Selain itu "golden time" penerbangan diutamakan untuk penerbangan-penerbangan internasional, dan pesawat-pesawat yang relatif kecil seperti ATR dibatasi ke Bandara Ngurah Rai.
Baca juga: Jokowi sebut studi kelayakan Bandara Bali Utara segera diputuskan
"Saya teliti apa saja yang harus diinclude, oleh karenanya saya minta suatu inisiatif memberikan prioritas bagi penerbangan ke luar negeri, khususnya turis dari berbagai negara. Dari apa yang kami catat. Itu ada sembilan penerbangan yang ingin masuk ke Bali ini, antara lain dari Jepang, Bangladesh, Kamboja, dan banyak sekali," kata Menhub.
Menurut Budi, kalau ada sembilan penerbangan internasional tambahan yang akan masuk ke Bali dan rata-rata ada 200 sampai dengan 300 penumpang maka paling tidak ada 2.000 penumpang tambahan setiap hari.
Tahun 2018, wisatawan mancanegara yang datang ke Bali sebanyak 7 juta orang. Dengan adanya 9 penerbangan internasional tambahan yang akan masuk ke Bali itu, maka kemungkinan akan terjadi peningkatan 30 persen sehingga kunjungan wisatawan asing diperkirakan akan bertambah sekitar 9 juta wisatawan.
"Maka dari itu saya akan memantau secara khusus kesiapan di Ngurah Rai untuk menambah kapasitas. Pada awal 2020 itu sudah terjadi," kata Budi Karya Sumadi.