Bahan kimia Bisphenol A yang digunakan pada kemasan plastik dan kaleng minuman telah diperlihatkan untuk pertama kali mempengaruhi fungsi usus manusia, demikian hasil satu studi yang disiarkan Senin (14/12).
Para peneliti Lembaga Penelitian Agrobisnis Nasional di Toulouse mendapati bahwa jalur usus tikus bereaksi secara negatif bahkan terhadap dosis rendah bahan kimia yang disebut BPA, demikian laporan jurnal "Proceedings of the National Academy Sciences".
Penelitian mereka, yang juga dilakukan pada sel usus manusia, mendapati bahwa bahan kimi tersebut membuat rendah dapat ditembusnya usus dan reaksi sistem kekebalan terhadap radang usus, katanya.
BPA digunakan dalam produksi plastik yang berpolukarbon dan resin epoxy yang ditemukan di botol bayi, kemasan plastik, jajaran kaleng yang digunakan buat makanan dan minuman, dan pada lapisan gigi.
Lebih dari 130 studi selama dasawarsa terakhir telah menghubungkan tingkat BPA, sekalipun rendah, yang dapat bocor dari plastik, dengan gangguan kesehatan serius, kanker payudara, kegemukan dan lebih cepatnya pubertas, dan gangguan lain.
Studi Prancis tersebut memusatkan perhatian pada organ pertama yang terkena kontak dengan bahan itu, usus.
Para peneliti tersebut secara oral menggunakan dosis BPA pada tikus, jumlah yang sama dengan sebanyak 10 kali lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah harian yang dipandang aman buat manusia, demikian isi pernyataan dari lembaga Toulouse itu sebagaimana dilaporkan AFP.
Mereka menyaksikan bahwa BPA mengurangi kondisi dapat ditembusnya dinding usus yang dapat dilewati air dan mineral dasar memasuki tubuh, katanya.
Mereka juga mendapati bahwa tikus yang baru dilahirkan dan terpajan pada BPA di dalam kandungan dan selama masa menyusui memiliki resiko yang lebih besar untuk terserang radang usus parah saat dewasa.
Studi itu "memperlihatkan kepekaan yang sangat tinggi pada usus terhadap Bisphenol A dan membuka tempat baru bagi penelitian", termasuk untuk menetapkan jejak baru yang dapat diterima mengenai bahan tersebut bagi manusia, kata lembaga itu.
Pada Mei 2009, enam pembuat utama botol bayi di Amerika Serikat sepakat untuk menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut. (*)