LIBYA, THAILAND TERPILIH JADI ANGGOTA DEWAN HAM PBB

id

     PBB (ANTARA) - Libya dan Thailand termasuk di antara 14 negara yang terpilih sebagai anggota baru Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Kamis, dalam pemilihan yang para penganjur hak asasi manusia kritik sebagai tidak kompetitif dan "belum matang".

     Angola, Mauritania, Uganda, Maladewa, Malaysia, Qatar, Moldova, Polandia, Ekuador, Guatemala, Spanyol dan Swiss juga dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun di dewan yang memiliki 47 negara anggota. Dewan HAM PBB bermarkas di Jenewa itu.

     Libya dan Thailand dikritik oleh kelompok-kelompok HAM karena catatan hak asasi manusia mereka.

     "Pemilihan dewan telah menjadi proses belum matang yang mematahkan arti dari standar keanggotaan yang buat oleh Majelis Umum," kata Peggy Hicks, direktur sokongan anjuran global di Human Rights Watch.

     Menurut dia, negara-negara serius mengenai peran yang dewan dapat mainkan dalam meningkatkan hak asasi manusia yang akan mendorong daftar kompetitif di semua kawasan, dan mau bersaing untuk kursi mereka sendiri.

     Iran juga telah mencalokan diri untuk memperoleh kursi di dewan itu, tapi menarik pencalonanya bulan lalu sebagai pertukaran bagi kursi di Komisi PBB mengenai Status Perempuan.

     Beberapa diplomat Barat di New York menyatakan Iran mundur dari apa yang akan menjadi daftar kompetitif untuk empat tempat yang terbuka bagi kelompok Asia, ketika menjadi jelas negara itu akan kalah.

     Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan kepada wartawan di New York pekan lalu bahwa penarikan itu merupakan masalah "prosedur" dan Teheran senang membantu di Komisi Wanita PBB.

     Tahun lalu AS berhasil berkampanye untuk kursi di Dewan HAM itu, badan yang sebelumnya pemerintah AS hindari karena anti-Israel dan lunak pada sejumlah pemerintah otoriter.

     Ketika Washington memutuskan untuk bergabung dengan dewan itu, Presiden AS Barack Obama dan Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mengatakan akan lebih baik untuk berusaha mengubah Dewan HAM yang sering dikritik itu dari dalam. (*)