Mataram, 17/6 (ANTARA) - Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat, kekurangan peminat dibandingkan dengan fakultas lainnya.
Rektor Institut Agama Islam Negeri Mataram (IAIN) Mataram H. Asnawi, Sabtu, mengakui hal itu ketika menghadiri pembukaan Simposium Nasional Pengembangan Fakultas Dakwah se-Indonesia di Mataram.
"Meski terjadi peningkatan jumlah pendaftar pada penerimaan mahasiswa baru tahun ini, namun peminat Fakultas Dakwah masih minim jika dibandingkan dengan fakultas lain," katanya.
Ia mencontohkan, dalam setiap penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Tarbiyah, satu kursi bisa diperebutkan oleh lima hingga sepuluh orang lebih calon mahasiswa, sementara di Fakultas Dakwah, masih ada kursi yang tidak terisi.
Menurut Asnawi, masyarakat di NTB cenderung menilai, Fakultas Dakwah hanya menyediakan dan menghasilkan lulusan sebagai da'i maupun atau tuan guru (tokoh agama di kalangan masyarakat Lombok).
Padahal, lulusan Fakultas Dakwah akan dapat berperan dalam berbagai sektor pembangunan khususnya peningkatan sumber daya manusia di NTB.
"Pemerintah Provinsi sudah memprogramkan NTB beriman dan berdaya saing. Di situ lulusan Fakultas Dakwah bisa berperan dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya ilmu pengetahuan yang dilandasi keimanan," ujarnya.
Penyebab lain masih kurangnya minat masyarakat terhadap Fakultas Dakwah, tambah Asnawi, juga karena terpengaruh arus globalisasi, sehingga masyarakat cenderung memilih fakultas yang lebih fokus kepada perkembangan zaman.
Untuk itu, berbagai persoalan yang dihadapi tersebut menjadi salah satu upaya yang melatarbelakangi kegiatan Simposium Nasional Pengembangan Fakultas Dakwah se-Indonesia yang digelar IAIN Mataram.
"Melalui kegiatan tersebut diharapkan adanya pemikiran dan rumusan baru dari para peserta terkait pengembangan Fakultas Dakwah di sejumlah IAIN yang ada di Indonesia khususnya di NTB.
Simposium Nasional Pengembangan Fakultas Dakwah se Indonesia yang digelar IAIN Mataram tersebut diikuti oleh 80 peserta yang berasal dari kalangan pondok pesantren, pemerintah, akademisi, wartawan dan perwakilan perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
Seperti dari Sumatera, Maluku, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.(*)