Suharso mengharap Pertamina kembangkan kompleks industri petrokimia

id Pertamina,Bappenas,Industri Petrokimia,Petrochemical Complex ,Petrokimia

Suharso mengharap Pertamina kembangkan kompleks industri petrokimia

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam doorstop pasca kegiatan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Bappenas dan Pertamina di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin (10/6/2024). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengharapkan PT Pertamina (Persero) menjadi pemimpin dalam pengembangan kompleks industri petrokimia.
 

“(Kita) mendorong industri petrochemical complex di Indonesia yang dalam hal ini kita berharap Pertamina take a lead,” ujarnya dalam doorstop pasca kegiatan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Bappenas dan Pertamina di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin (10/6).

Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi untuk mengembangkan kompleks industri petrokimia mengingat adanya sumber daya melimpah. Mulai dari minyak mentah, gas alam, sumber daya alam nabati, hingga Crude Palm Oil (CPO). Pertamina disebut dapat menjadi pemain kunci dalam pengembangan industri ini, sehingga membantu Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap impor berbagai produk kimia karena mampu menghasilkan substitusi impor dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam nasional.

Suharso menganggap Pertamina mampu membangun sebuah petrochemical complex karena memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut, menimbang adanya universitas, riset dan modal kuat, pengalaman, hingga kerja sama di tingkat internasional.

“Saya ingin ambil kesempatan ini bagaimana kita punya perkebunan-perkebunan itu juga bisa didorong menjadi sebuah petrochemical complex yang bagus. Jadi, secara industri kita ini di hulu kita punya, di hilir kita banyak sekali, (tetapi belum ada yang menyambungkannya/mengolahnya dengan baik). Jadi mudah-mudahan pertemuan hari ini itu bisa menyambungkan ini, dan kita bisa membangun sebuah petrochemical. Bayangkan, sampai kita punya minyak sudah menghabis, kita tidak punya not any single petrochemical complex yang bagus yang keren di tempat kita ini,” ucap Kepala Bappenas.

Dalam hal ini, pihaknya mengambil peran sebagai penyusun rencana induk (master plan) industri berbasis kimia.

Master plan yang disusun oleh Bappenas dalam rangka Indonesia Emas 2045 salah satu engine of growth-nya itu adalah industrialisasi. Industrialisasi adalah industri manufaktur, dan industri manufaktur yang kita dorong antara lainnya chemical base. Dalam hal ini, Pertamina punya pengalaman dan punya kapasitas yang luar biasa (untuk mengembangkan sektor industri tersebut),” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan bahwa pihaknya telah menambah kapasitas dan kualitas produk di PT Kilang Pertamina Balikpapan, sehingga menghasilkan lebih banyak petrokimia yang ramah lingkungan.

Selain itu, pihaknya dinyatakan bisa memanfaatkan produk-produk hasil refinery dalam rangka mendorong pengembangan industri petrokimia yang mampu memproduksi bahan baku untuk Electric Vehicle (EV) atau obat-obatan. Dengan begitu, Pertamina dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam substitusi impor, membuka lapangan pekerjaan, mengembangkan industri, hingga meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Produsen pupuk Petrokimia targetkan Program Makmur jangkau 132 ribu hektare
Baca juga: Bandung BJB menang lawan Gresik Petrokimia, 3-2

Nicke turut mengatakan bahwa pihaknya sedang membangun industri petrokimia yang memproduksi Polypropylene di Balongan, Jawa Tengah, dengan kapasitas terpasang 300 ribu ton per annum, lalu pembangunan fasilitas produksi olefin dan aromatik di kawasan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama. Kemudian juga potensi pengembangan industri petrokimia berbasis gas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe di Daerah Istimewa Aceh dan Blok Masela di Maluku.

“Kenapa Pertamina (yang harus memimpin)? Karena kita mempunyai fasilitas yang terintegrasi antara refinery dan petrochemical. Perusahaan-perusahaan lain sebagian besar hanya bisanya di hilir hanya memproduksi petrochemical, tapi kita bisa mulai dari crude menjadi nafta (gas bumi), dan kemudian menjadi petrochemical, sampai hilirisasinya. Jadi, kita tentu komitmen Pak (Menteri Bappenas) dengan infrastruktur dan dengan kemampuan ini kita akan menjadi sentral dari pengembangan petrochemical,” ungkap Dirut Pertamina.