Mataram (Antaranews NTB) - Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, akan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada Kamis (14/6) sesuai dengan perhitungan atau rukyat dengan melihat kemunculan bulan dalam menentukan 1 Syawal 1439 Hijriah.
"Hari ini terakhir kami berpuasa dan besok jamaah akan melaksanakan Shalat Ied di masjid ini," kata salah seorang jamaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah, Ruslan, yang ditemui ketika membersihkan masjid Riadul Khair, di Lingkungan Kebon Lauk, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, Rabu.
Berdasarkan pemantauan, jamaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah di Lingkungan Kebon Lauk, sudah bersiap-siap menyambut Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah dengan memasak berbagai menu khas Lebaran, salah satunya opor ayam.
Sejumlah jamaah juga memperdengarkan lantunan kalimat takbir melalui pengeras di rumahnya sebagai salah satu cara menyemarakkan hari raya kemenangan setelah berpuasa selama 30 hari penuh.
"Kami menjalankan ibadah puasa Ramadhan sejak tanggal 15 Mei dan besok pas 30 hari. Memang berbeda dengan penetapan pemerintah, tapi tokoh jamaah Naqsabandiyah punya perhitungan sendiri," tutur Ruslan.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram, H Burhanul Islam mengatakan pihaknya belum mendapat informasi jika jamaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah di Lingkungan Kebon Lauk, Kelurahan Pagutan, akan melaksanakan Shalat Ied 1 Syawal 1439 Hijriah pada Kamis (14/6).
"Tidak ada informasi yang masuk ke kami hari ini. Tapi kami sifatnya tetap melakukan pemantauan," katanya ketika dikonfirmasi terkait adanya perbedaan pelaksanaan shalat Ied jamaah Tarekat Qodariyah wan Naqsabandiyah di Kota Mataram dengan di Sumatera Barat (Sumbar).
Seperti diberitakan, ratusan jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumbar melaksanakan Shalat Ied 1 Syawal 1439 Hijriah yang dipusatkan di Padang, Rabu.
Shalat dilaksanakan di Mushalla Baitul Makmur, Kecamatan Pauh, Padang pada pukul 08.00 WIB yang diawali dengan arahan imam tarekat Syafri Malin Mudo dan diakhiri dengan ceramah berbahasa Arab.
Kantor Kemenag Kota Mataram, kata Burhanul, tidak memiliki data resmi berapa jumlah jamaah Tarekat Naqsabandiyah. Namun, pihaknya tetap memantau dan memberikan pembinaan dalam rangka menjaga kerukunan umat beragama.
Ia juga mengakui Memang sering terjadi perbedaan antara pemerintah dengan jamaah tersebut terkait penetapan awal bulan Ramadhan dan 1 Syawal. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu dibesar-besarkan sehingga tidak pernah ada gejolak dan masyarakat umum memaklumi dan bisa memaknai perbedaan.
"Kalau kami dari Kemenag tetap berharap meskipun terjadi perbedaan khilafiyah di tengah masyarakat, kita berharap untuk tetap arif dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan," katanya. (*)
Jamaah Naqsabandiyah di Mataram Idul Fitri Kamis
Memang berbeda dengan penetapan pemerintah, tapi jamaah Naqsabandiyah punya perhitungan sendiri