"Calon haji lansia tahun ini jumlahnya banyak sehingga memerlukan perhatian dan pendampingan khusus. Lansia dengan gejala demensia sering membutuhkan bantuan untuk beraktivitas sehari-hari di pondokan, serta butuh pendampingan saat bepergian dan beribadah di Tanah Suci,” kata alumnus Fakultas Kedokteran UGM itu.
Ia pun menyarankan kepada calon haji yang berada dalam satu rombongan dengan lansia untuk tak segan membantu karena membantu lansia juga merupakan ibadah tersendiri.
“Perlakukan lansia seperti orang tua kita sendiri sehingga lansia menjadi nyaman dan sehat jiwanya,” katanya.
Menurut dia, untuk mencapai kemabruran ibadah haji harus didukung dengan kesehatan yang prima. Oleh karena itu ia menyarankan kepada pendamping atau calon haji yang dalam rombongannya terdapat lansia untuk selalu memperhatikan asupan air bagi para calon haji yang berusia lanjut.
“Atasi dehidrasi kemudian cegah mereka dari kelelahan dan bantu mereka untuk selalu bisa beristirahat,” katanya.
Perempuan yang akrab disapa dengan Dokter Po itu juga mengimbau agar pendamping jamaah calon haji lansia untuk selalu membantu lansia beradaptasi dengan lingkungan baru dan cenderung ekstrim.
“Jangan lupa selalu mengingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti payung, masker, alat penyemprot, dan krim agar kulit tidak kering,” katanya.