Mataram (ANTARA) - Sebanyak 34 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang tergabung dalam Dewan Pengurus Wilayah Jawa Timur (Jatim) Plus belajar tentang kesuksesan pengelolaan BPRS Dinar Ashri di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Tujuan kami datang ke sini, selain untuk bersilaturahmi, juga untuk studi banding belajar tentang pengelolaan BPRS Dinar Ashri," kata Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Jatim Plus, Ahmad Saiful Ghozi, usai mengadakan pertemuan dengan jajaran BPRS Dinar Ashri, di Mataram, Kamis.
DPW Jatim Plus, Kompartemen BPRS Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) beranggotakan sebanyak 34 BPRS yang tersebar di Jawa Timur sebanyak 25 bank, Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 4 bank, Maluku Utara 3 bank, dan Kalimantan 2 bank.
Ahmad menyebutkan BPRS Dinar Ashri adalah BPRS terbesar kedua dari 34 BPRS yang tergabung dalam Jatim Plus. Asetnya sudah mencapai Rp900 miliar lebih atau berada di bawah nilai aset BPRS Bhakti Sumekar di Sumenep, Jawa Timur yang mencapai lebih dari Rp1 triliun.
Kesuksesan tersebut, kata dia, yang melatarbelakangi sebanyak 70 orang pengurus BPRS dari Jatim, Bali, Maluku Utara dan Kalimantan untuk datang studi banding di Kota Mataram.
"Kami bersama-sama semua komponen, ada direksi, komisaris dan dewan pengawas syariah belajar bersama untuk melihat bagaimana Dinar Ashri bisa tumbuh berkembang sampai sejauh ini," ujarnya.
Menurut dia, capaian nilai aset BPRS Dinar Ashri sebesar Rp900 miliar lebih atau mendekati Rp1 triliun merupakan sesuatu yang spektakuler karena dicapai dalam kurun waktu 16 tahun.
Ahmad juga menilai manajemen pengelolaan perusahaan tersebut sangat efisien, mulai dari tenaga kerja yang hanya 137 orang dengan jumlah kantor sebanyak sembilan unit yang tersebar di Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa, NTB.
Selain itu, tata kelola teknologi informasinya sudah cukup bagus karena ada direktur khusus yang menangani bagian teknologi informasi.
"Yang paling kami antusias adalah komitmen kedisiplinan, teguh menjalankan standar operasional prosedur yang sudah disepakati. Disiplin waktu bagian dari contoh yang baik. Itu bukti atau ciri-ciri syariah yang harus dijalankan," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama BPRS Dinar Ashri Mustaen, mengaku bangga karena telah dikunjungi oleh 34 BPRS dari Jatim, Bali-Nusra, Maluku Utara, dan Kalimantan, untuk berbagi pengalaman dalam hal pengelolaan perusahaan.
"Ukuran aset, kami nomor tiga nasional. Tapi kalau di Jatim Plus, kami nomor dua, tapi kalau dari laba, kami nomor satu. Itu lah yang waw menurut teman-teman sehingga berkunjung untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan dan kami jelaskan secara umum, mulai dari pengangkatan sumber daya manusia dan tata kelola teknologi informasi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Mustaen juga mempromosikan produk lokal dengan memberikan suvenir berupa kain tenun lokal bagi tamu perempuan, sedangkan tamu laki-lai diberikan udeng khas Lombok yang diproduksi oleh perajin dari Sukarara, Kabupaten Lombok Tengah.
Berita Terkait
OJK cabut izin Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 29 November
Jumat, 29 November 2024 21:45
OJK sebut 1.206 BPR/BPRS telah penuhi modal inti
Senin, 10 Juni 2024 19:26
OJK: BPR/S punya ketahanan permodalan
Sabtu, 18 Mei 2024 20:22
Ada 1.213 BPR telah penuhi modal inti minimum Rp6 miliar
Sabtu, 4 Mei 2024 7:45
OJK luncurkan peta jalan penguatan BPR dan BPRS
Selasa, 2 April 2024 20:16
OJK perkuat pengawasan berbasis teknologi informasi untuk BPR dan BPRS
Selasa, 2 November 2021 16:38
OJK sempurnakan aturan tentang rencana bisnis BPR dan BPRS
Selasa, 31 Agustus 2021 16:00
Olahan mangga beri nilai plus bagi petani di Jatim
Sabtu, 30 September 2023 21:19