New York/London (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena pasar bertaruh Federal Reserve akan melambat jika tidak menghentikan kenaikan suku bunga untuk mengekang inflasi setelah otoritas AS bergerak guna membatasi dampak keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank.
Presiden AS Joe Biden mengatakan tindakan cepat pemerintah untuk memastikan deposan dapat mengakses dana mereka di Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank harus memberikan kepercayaan kepada orang Amerika bahwa sistem perbankan AS aman.
The Fed pada Minggu (12/3) mengumumkan akan menyediakan dana tambahan melalui Program Pendanaan Berjangka Bank baru, yang akan menawarkan pinjaman hingga satu tahun kepada lembaga penyimpanan, yang didukung oleh Kementerian Keuangan AS dan aset lain yang dimiliki lembaga ini.
Dolar AS jatuh, dengan indeks dolar, ukuran greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meluncur 0,59 persen karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek jatuh dan mengurangi pendorong utama kekuatan mata uang AS baru-baru ini.
Imbal hasil surat utang dua tahun anjlok 57,2 basis poin menjadi 4,016 persen dalam penurunan satu hari terbesar sejak jatuhnya pasar saham Black Monday tahun 1987.
"Terlepas dari sifat risiko finansial yang cukup signifikan dari perkembangan ini selama beberapa hari terakhir, kami benar-benar belum melihat tawaran untuk dolar dari sudut pandang safe-haven atau likuiditas," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.
"Ini sebagian besar merupakan cerminan pasar yang menilai ulang prospek suku bunga Fed, setidaknya dalam sudut pandang jangka pendek," katanya pula. Dana Fed berjangka turun, dengan ekspektasi suku bunga terminal Fed meluncur ke 3,84 persen pada Desember dari di atas 5,0 persen minggu lalu.
Goldman Sachs, di antara bank-bank besar lainnya, mengatakan tidak lagi memperkirakan The Fed untuk memberikan kenaikan suku bunga pada akhir pertemuan kebijakan dua hari pada 22 Maret. Barclays mengatakan bahwa serangan terbaru dari kegelisahan pasar keuangan memperkenalkan ketidakpastian yang signifikan ke dalam pasar dan pembuat kebijakan akan berhenti sejenak (menaikkan suku bunga) pada pertemuan minggu depan.
Pasar berjangka menunjukkan peluang 43,9 persen tidak ada kenaikan suku bunga pada pertemuan minggu depan, menurut Alat FedWatch CME. Seminggu yang lalu, pasar berjangka memperkirakan probabilitas yang sama dari kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh pembuat kebijakan.
Dengan merajalelanya spekulasi tentang bagaimana Fed akan menangani kebijakan moneter dan berjuang untuk mengendalikan inflasi, fokus pasar beralih ke rilis data indeks harga konsumen pada Selasa waktu setempat. "Jika kita mendapatkan angka IHK yang lebih panas dari perkiraan besok, itu akan menjadi sedikit risiko," kata Osborne.
"Kami masih melihat ekonomi AS mengalami pasar tenaga kerja yang sangat ketat, pertumbuhan upah yang sangat tinggi, dan inflasi di atas target, sehingga kemungkinan suku bunga yang lebih tinggi masih cukup kuat," katanya lagi.
Mata uang safe-haven, seperti yen Jepang dan franc Swiss, diuntungkan dari kejatuhan SVB. Yen Jepang menguat 1,26 persen pada 133,33 per dolar, sedangkan dolar turun 1,02 persen terhadap franc Swiss pada 0,912.
Baca juga: Bank sentral Australia lebih dekat hentikan kenaikan suku bunga
Baca juga: Wall Street anjlok imbas Powell isyaratkan kenaikan suku bunga
Euro naik 0,79 persen menjadi 1,0727 dolar AS. Sebelumnya, euro mencapai level tertinggi hampir satu bulan di 1,0737 dolar AS, menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa pada Kamis (16/3).
Ekspektasi meminta ECB untuk memberikan kenaikan 50 basis poin, kata Niles Christensen, kepala analis di Nordea. "Pertanyaannya adalah seberapa hawkish ECB. Kami pikir mereka akan memberi sinyal akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga yang akan datang," katanya pula.
Sterling diperdagangkan pada 1,2181 dolar AS, naik 1,27 persen. Peso Meksiko, yang lebih kuat dari dolar sepanjang tahun, turun 2,32 persen versus greenback di 18,94. Dolar Australia melonjak 1,37 persen menjadi 0,667 dolar AS, di jalur untuk persentase lonjakan satu hari terbesar sejak 7 Februari.
Bitcoin dan mata uang kripto lainnya melonjak saat investor menarik napas lega, karena regulator telah bergerak untuk mendukung sistem perbankan AS. Bitcoin naik 20,54 persen menjadi 24.223,00 dolar AS.
Berita Terkait
Kurs rupiah menguat menguat pasca The Fed beri pernyataan "dovish"
Jumat, 8 November 2024 9:54
Kurs rupiah hari ini menguat jadi Rp15.634 per dolar AS
Jumat, 8 November 2024 9:12
Kurs rupiah hari ini naik 24 poin jadi Rp15.809 per dolar AS
Kamis, 7 November 2024 9:54
Kurs rupiah hari ini melemah 66 poin jadi Rp15.815 per dolar AS
Rabu, 6 November 2024 9:24
Moeis mengumpulkan 1,5 juta dolar AS dari empat smelter swasta
Selasa, 5 November 2024 6:56
Target investasi di 2025 capai 120 juta dolar AS
Sabtu, 2 November 2024 6:58
Kurs rupiah hari ini turun 17 poin menjadi Rp15.715 per dolar AS
Jumat, 1 November 2024 9:47
Kurs rupiah hari ini naik 4poin jadi Rp15.701 per dolar AS
Kamis, 31 Oktober 2024 9:26