Sumbawa Besar (Antara NTB) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melibatkan Sekolah Menengah Kejuruan Al Kahfi di Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, membangun proyek percontohan fasilitas pengolah air siap minum.
"Pemilihan lokasi didasari kesiapan calon pengelola sehingga fasilitas tersebut terus berjalan dan mendukung peningkatan ketersediaan akses air minum masyarakat," kata Sekretaris Utama BPPT Soni Solistia Wirawan, pada acara peresmian Ruang Publik Kreatif (RPK) Sumbawa dan fasilitas pengolah air siap minum di Sumbawa Besar, Senin.
Hadir pada acara tersebut Wakil Bupati Sumbawa H Mahmud Abdullah, dan anggota Komisi VII DPR RI Dr Zulkieflimansyah yang merupakan putra daerah NTB sekaligus pendiri Universitas Teknologi Sumbawa (UTS).
Soni mengatakan pembangunan RPK Sumbawa yang berada di di kawasan "Techno Park" UTS dan proyek percontohan pengolah air siap minum di Kecamatan Moyo Hulu, bekerjasama dengan UTS dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Ia menjelaskan proyek percontohan pengolah air yang dibangun di SMK Al Kahfi, menggunakan tiga tahapan proses, yakni proses pengolahan awal sumber air yang mengandung besi dengan sistem oksidasi gelembung udara.
Selain itu, pengolahan filtrasi multi tahap dengan saringan pasir, karbon aktif serta mangan zeolit, dan pengolahan utama dengan membran reverse osmosis.
"Dengan tahapan seperti itu, kualitas air yang dihasilkan kualitasnya sudah sangat bagus untuk air minum," ujarnya.
Alat yang digunakan, kata dia, dapat menghasilkan dua produk air, yakni air bersih dengan kapasitas 15.000 liter per hari, dan air siap minum yang dibotolkan dengan kapasitas 10.000 liter per hari atau 500 botol galon.
Biaya produksi air siap minum berkisar Rp2.000 sampai Rp2.500 per galon.
Menurut Soni, bila produk tersebut dipasarkan dengan harga Rp6.000 per galon, maka ada margin keuntungan yang dapat dipergunakan untuk pengembangan SMK Al Kahfi maupun untuk peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
Berdasarkan data tahun 2015, Kecamatan Moyo Hulu mempunyai penduduk sekitar 20.000 orang. Satu orang rata-rata memerlukan 10 liter air untuk minum dan memasak.
Dengan beroperasinya proyek percontohan pengolahan air berkapasitas 10.000 liter per hari, maka akan ada 1000 penduduk lagi yang mendapatkan akses air minum yang berasal dari produk proyek percontohan.
"Dengan kata lain, proyek perconntohan penerapan teknologi pengolahan air di SMK Al Kahfi, membawa dampak peningkatan akses air minum di Kecamatan Moyo Hulu sekitar 5 persen," katanya.
Pihak-pihak terkait yang berperan dalam mendukung proyek percontohan tersebut adalah Komisi VII DPR RI, Pemkab Sumbawa melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP), serta UTS.
Dinas PRKP berperan dalam membantu mengontrol manajemen pengoperasian alat, guna mempertahankan akses air minum masyarakat.
Sementara UTS berperan dalam melaksanakan pemantauan teknis pengoperasian alat serta melakukan penyelesaian masalah bila di kemudian hari ada kendala teknis operasi.
Selain di Sumbawa, BPPT juga telah menerapkan teknologi pengolahan air di Sumatera Barat.
"Proyek percontohan pada 2017 itu diharapkan dapat menjadi percontohan bagi kabupaten/kota lain di Indonesia, dalam upaya peningkatan akses air minum bagi masyarakat," kata Soni. (*)