Jakarta (ANTARA) - PT TBS Energi Utama Tbk atau TOBA memfasilitasi sistem irigasi untuk diintegrasikan ke dalam sistem proyek percontohan pengairan berbasis energi terbarukan (PV Agri) di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Proyek PV Agri ini menjadi contoh nyata pemanfaatan energi terbarukan yang bisa dirasakan oleh masyarakat dengan keterbatasan akses pada infrastruktur listrik,” kata SVP Sustainability TBS Triana Krisandini dalam keterangan diterima di Jakarta, Rabu.
Keberhasilan proyek sistem irigasi tersebut, kata Triana, menjadi pengalaman berharga untuk dikembangkan lebih lanjut pada komunitas lain yang membutuhkan. PV dalam bidang pertanian merupakan fotovoltaik yang merupakan teknologi yang mengubah energi dari sinar matahari menjadi energi listrik, sehingga dapat menggantikan generator diesel dalam memenuhi kebutuhan listrik daerah.
Sejak dimulai pada November 2023, menurut keterangan TBS Energi, proyek inovatif tersebut membantu masyarakat lokal di Desa Naikean, Pulau Semau untuk meningkatkan produktivitas ladang hingga 70 persen. Sebelumnya, krisis iklim yang menyebabkan perubahan fenomena cuaca di kawasan tersebut berdampak buruk, mulai dari gagal panen hingga gagal tanam.
Proyek yang dipimpin oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu, kata dia, mendapatkan respons sangat baik oleh masyarakat lokal.
Triana mengatakan bahwa TBS akan terus berkomitmen membangun ekosistem energi berkelanjutan dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak, baik dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal itu, kata dia, merupakan bagian dari komitmen “Towards a Better Society 2030”.
“Kolaborasi proyek ini adalah bagian dari upaya kami mewujudkan komitmen TBS2030, yang mendukung pemberdayaan masyarakat sekaligus menghadirkan akses energi bagi mereka yang membutuhkan. Kami juga sedang membangun floating solar panel berkapasitas hingga 46 MWp di Waduk Tembesi, Batam, dan proyek mini hidro di Lampung berkapasitas 2x3 MWp sebagai proyek energi baru dan terbarukan kami,” ujar dia.
Kepala Proyek Renewable Energy for Electrification Programme Phase II (REEP2) GIZ Christoph Luersse menjelaskan keistimewaan dari proyek PV Agri di Pulau Semau adalah sistem irigasi otomatisnya.
Pada awalnya, para petani menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel untuk mengairi ladang mereka. Para petani harus pergi menggunakan kapal feri ke Pulau Kupang yang memakan waktu kurang lebih 4 jam dalam perjalanan pulang-pergi untuk membeli bensin.
Dengan adanya pembangkit listrik tenaga surya PV, mereka dapat menghemat biaya dan mengairi ladang secara berkelanjutan.
“Saya berharap TBS akan melanjutkan proyek budaya PV Agri setelah keberhasilan pilot ini dan mengembangkannya ke seluruh wilayah NTT dan Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Namasindo Plas gunakan energi surya produksi botol PET
Baca juga: IKN sebagai katalis kunci wujudkan Strategi Hidrogen Nasional
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan pompa irigasi bertenaga surya diharapkan dapat mengatasi kesulitan pengairan lahan pertanian, sehingga mendukung hasil panen yang lebih baik dan meningkatkan ekonomi lokal melalui penggunaan energi bersih.
Sementara itu, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Naikean menyatakan bahwa pembangunan PV Agri mendapatkan respons yang positif dari masyarakat Desa Naikean. Hal itu karena masyarakat sangat terbantu dalam kegiatan pertanian dan berdampak pada produktivitas yang meningkat sebanyak 70 persen.
“Yang dirasakan oleh para petani merasa senang dan bangga dengan adanya alat ini. Sangat membantu para petani sehingga produksi pertanian kami meningkat dan dapat membantu pendapatan Masyarakat yang dapat mengelola lahan yang ada,” demikian pernyataan dari BUMDes Naikean.*