Mataram (Antaranews NTB) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, mentargetkan populasi celepuk rinjani (otus jolandae) atau burung pok meningkat sebesar 10 persen hingga 2019 untuk mencegah terjadinya kepunahan.
Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Dwi Pangestu, mengatakan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan No.180/IV-kpts/2015, menyebutkan bahwa celepuk rinjani masuk dalam 25 jenis satwa prioritas yang terancam punah.
"Oleh sebab itu harus ditingkatkan populasinya sebesar 10 persen dari "base line" data pada 2013," katanya.
Celepuk rinjani, kata dia, merupakan jenis burung hantu endemik di TNGR, dengan sebaran di kawasan hutan Jeruk Manis/Kembang Kuning, Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru, Kabupaten Lombok Utara.
Pihaknya memperkiraan populasi burung tersebut di lokasi monitoring Resort Kembang Kuning pada 2017, yaitu sebanyak 241,54 ekor sampai dengan 242,54 ekor per hektar.
Jumlah perkiraan populasi pada 2017 tidak berbeda jauh dibandingkan hasil monitoring pada 2015 sebanyak 213 ekor/ha dan pada 2016 sebanyak 251 ekor/ha.
"Perkiraan populasi celepuk rinjani pada 2017 mengalami sedikit penurunan, karena cuaca pada saat pelaksanaan monitoring sering berkabut dan hujan," ujar Dwi yang didampingi Pengendali Ekosistem Hutan Pertama BTNGR Kenny Apriliani.
Agar populasi celepuk rinjani terus bertambah, menurut dia, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat mengenai perlindungan terhadap habitat burung endemik TNGR tersebut.
BTNGR juga akan membangun "sanctuary" atau tempat perlindungan bagi burung yang terancam punah. Lokasi pembangunan sangkar tersebut di Resort Senaru, Kabupaten Lombok Utara.
"Sanctuary tersebut rencananya akan dibangun tahun ini. Dan tidak hanya untuk penangkaran celepuk rinjani, tapi juga elang flores yang masuk dalam satwa liar terancam punah," kata Dwi. (*)
BTNGR Targetkan Populasi Celepuk Rinjani Meningkat 10 Persen
Perkiraan populasi celepuk rinjani pada 2017 mengalami sedikit penurunan