Surabaya (ANTARA) - Start Up & Innovation Expo (SINOX) hadir sebagai gagasan kolaboratif berbasis pemikiran _out of the box,_ di tengah iklim persaingan ketat antar perguruan tinggi di Indonesia untuk meraih peringkat tertinggi sebagai _world-class university._ Perguruan tinggi harus mampu berperan lebih dari sekadar lembaga pendidikan dan riset. Mereka juga harus menjadi pusat inovasi yang memberikan solusi nyata dan mendukung target pertumbuhan ekonomi 8% di era Pemerintahan Prabowo.
Kerja sama antara Universitas Airlangga (UNAIR) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui SINOX diharapkan tidak berhenti pada simbolisme. Lantas, pertanyaannya adalah akankan kolaborasi ini hanya akan menjadi simbolis tanpa makna, atau mampu menghadirkan substansi yang benar-benar membawa perubahan nyata?
Menakar Substansi Kolaborasi
Substansi kolaborasi ini diukur dari dampaknya terhadap pengembangan inovasi dan kontribusinya dalam mewujudkan kemandirian finansial perguruan tinggi. Idealnya, kolaborasi yang substantif harus mampu mengawinkan keunggulan UNAIR dalam bidang kesehatan dengan reputasi gemilang ITS di bidang teknologi.
Tantangan utamanya adalah memastikan bahwa produk hasil inovasi yang ditampilkan tidak hanya menjadi ajang pamer, tetapi juga dapat diimplementasikan secara nyata, memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, dan menjadi sumber pendapatan yang mendukung kemandirian finansial universitas. Singkatnya, substansi kolaborasi bukan hanya ditakar dari jumlah produk inovatif yang dipamerkan, melainkan dari seberapa banyak nilai transaksi dan pesanan produk inovatif yang dihasilkan dari acara tersebut.
SINOX memiliki potensi besar sebagai katalis mewujudkan visi _entrepreneurial university._ Dengan lebih dari 100 startup dan 50 investor, acara ini menawarkan peluang untuk memamerkan inovasi dan menarik dukungan finansial yang mendukung operasional pendidikan tinggi. Tantangan utama adalah memastikan bahwa pameran ini melahirkan investasi konkret dan memperkuat jaringan untuk mendorong komersialisasi inovasi. Perguruan tinggi harus mampu membuktikan bahwa inovasi yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi produk dan layanan bernilai ekonomi. Tanpa kemampuan ini, pameran hasil riset dan inovasi hanya akan menjadi seremoni simbolis belaka.
Kaum Muda dalam Ekosistem Inovasi
Salah satu aspek penting dari pameran produk inovasi adalah partisipasi aktif generasi muda, khususnya Gen-Z. Keterlibatan mereka dalam acara semacam ini sangat penting untuk menumbuhkan semangat inovasi dan jiwa kewirausahaan sejak dini. Generasi ini adalah calon pemimpin yang akan melanjutkan perjuangan dalam membangun ekosistem inovasi yang lebih kuat di masa depan. Namun, perlu dipastikan bahwa partisipasinya bukan sekadar formalitas. Kaum muda harus mendapatkan inspirasi nyata dan dorongan konkret untuk mengembangkan program-program inovatif setelah acara usai. Tanpa ini, potensi besar yang dimiliki mereka akan terbuang sia-sia.
Dukungan pemerintah dan regulasi yang memadai penting untuk memberikan dampak signifikan pada kolaborasi semacam ini. Inovasi membutuhkan kebijakan yang memfasilitasi kerja sama antara perguruan tinggi dan industri, serta akses pendanaan dan insentif riset. Regulasi yang kondusif memungkinkan hasil riset diadopsi industri dan diaplikasikan secara luas, mempercepat hilirisasi, dan memastikan inovasi memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Kemandirian Finansial Perguruan Tinggi
Kemandirian finansial adalah kunci dalam mewujudkan visi _entrepreneurial university._ Ketergantungan pada anggaran pemerintah kerap membatasi fleksibilitas universitas dalam mengembangkan program inovatif. Pameran produk inovasi memberi peluang bagi perguruan tinggi untuk menarik investor dan membangun pendanaan mandiri, yang penting untuk menjalankan riset dan inovasi dengan lebih leluasa. Kemandirian finansial yang stabil memungkinkan universitas mempertahankan inisiatif strategis di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Kesuksesan suatu acara pameran seperti ini tidak hanya diukur dari skala acara atau jumlah pengunjungnya, tetapi dari seberapa besar hasil inovasi dapat diimplementasikan dan berdampak jangka panjang. Perguruan tinggi dan pemangku kepentingan harus memastikan bahwa SINOX bukan sekadar acara rutinitas tahunan yang mengesankan, tetapi menjadi awal dari serangkaian inisiatif berkelanjutan yang mendorong inovasi, kewirausahaan, dan kemandirian finansial. Strategi yang berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa inovasi-inovasi yang dipamerkan dapat diadopsi dan dikomersialisasikan secara luas. Tanpa tindak lanjut konkret, acara semacam ini berisiko menjadi sekadar simbolis tanpa substansi.
Akankan SINOX, yang akan digelar pekan depan pada 20-23 Nopember, menjadi model kolaborasi simbolis atau kolaborasi substantif, sangat bergantung pada dampaknya dalam jangka panjang. Jika hasil-hasil riset inovasi yang dipamerkan dapat diimplementasikan dengan dukungan investor dan diadopsi oleh industri dan masyarakat, berarti SINOX akan terbukti sebagai model kolaborasi substansi yang sukses. Namun, jika tidak ada tindak lanjut yang jelas, acara ini hanya akan menjadi kolaborasi simbolis semata.
*) Penulis adalah Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sarana Prasarana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya