Mataram (ANTARA) - Sebanyak 16 orang tim Aksi Cepat Tanggap dan Masyarakat Relawan Indonesia (ACT-MRI) Nusa Tenggara Barat bergerak cepat membantu upaya penanganan dampak gempa bumi dengan magnitudo 5,8 Skala Richter (SR), pada Minggu, pukul 14.07 WIB atau 15.07 Wita.
Kepala Program ACT NTB, Muhammad Romi Saifudin, yang dihubungi di Mataram, Minggu, menyebutkan sebanyak 16 orang anggota tim tersebut terbagi dalam tiga tugas, yakni sembilan orang membantu proses evakuasi 40 orang wisatawan Malaysia dan warga lokal yang terjebak longsor bebatuan di sekitar air terjun Tiu Kelep, Kabupaten Lombok Utara, saat gempa bumi terjadi.
Selain itu, sebanyak empat orang ditugaskan ke Kabupaten Lombok Timur, untuk melakukan asesmen karena daerah tersebut dilaporkan banyak rumah yang hancur akibat guncangan gempa.
"Sementara empat orang lainnya ditugaskan siaga di posko induk di Mataram untuk mengumpulkan data-data yang dikirim oleh tim di lapangan. Data tersebut menjadi bahan laporan ke pusat dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyalurkan bantuan," katanya.
Romi memastikan tim yang ditugaskan di Kabupaten Lombok Utara sudah sampai di lokasi dan berkoordinasi dengan tim evakuasi yang sudah ada di lokasi longsor untuk membantu mengevakuasi korban selamat.
ACT juga masih memanfaatkan posko gempa Lombok yang dibangun di Kabupaten Lombok Utara pada saat gempa bumi yang terjadi Juli-Agustus 2018.
Romi menambahkan tim asesmen yang diberangkatkan ke Kabupaten Lombok Timur juga sudah tiba di lokasi penugasan. Mereka membawa bantuan dasar untuk korban gempa bumi berupa air mineral.
"Bantuan untuk korban gempa akan didistribusikan sesuai kebutuhan setelah ada data-data yang dihimpun dari lapangan," ujarnya.
Seperti yang diinformasikan Badan Meteorologi dan Geofisika, Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa, diguncang gempa berkekuatan 5,8 SR dengan kedalaman 10 kilo meter, pada Minggu, pukul 15.07 Wita. Kemudian disusul gempa berkekuatan 5,2 SR, sekitar pukul 15.09 Wita.
Gempa tersebut berpusat di timur laut Kabupaten Lombok Timur tersebut, tidak berpotensi tsunami.
Data yang diperoleh ACT NTB menyebutkan, ada 23 rumah yang mengalami rusak berat dan 13 rumah roboh.
Di saat bersamaan juga terjadi longsor di daerah wisata air terjun Tiu Kelep dan Sendang Gile, Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Akibat gempa tersebut, 40 orang wisatawan dan warga lokal dilaporkan terjebak longsoran di sekitar kejadian.
Sementara itu, Kantor SAR Mataram, mencatat tiga orang meninggal dunia akibat tertimpa longsoran bebatuan berukuran besar di sekitar lokasi air terun Tiu Kelep.
Tiga korban meninggal dunia tersebut adalah Tomy (14) warga Senaru, Kabupaten Lombok Utara, dan wisatawan asing dari Malaysia bernama Tai Sieu Kim (56).
Satu korban meninggal dunia lainnya belum teridentifikasi, namun dipastikan adalah wisatawan asal Malaysia.*