Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Hj Sitti Rohmi Djalillah, mengakui jika warganya belum produktif sehingga angka kemiskinan sebesar 14,63 persen belum padu dengan jumlah pengangguran yang mencapai 3,37 persen.
"Upaya meningkatkan produktivitas warga NTB merupakan pekerjaan rumah," kata Wagub yang akrab disapa Umi Rohmi tersebut, dalam seminar bertemakan "UMKM NTB go digital" yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, di Mataram, Senin.
Menurut dia, NTB merupakan daerah yang kaya dan indah. Berbagai produk UMKM yang dihasilkan luar biasa dan beragama, mulai dari kerajinan kain tenun, cukli, dan kuliner yang tersebar di 10 kabupaten/kota.
Namun, para pelaku UMKM belum memanfaatkan teknologi aplikasi 4.0, meskipun 80 persen penduduk NTB sudah menggunakan telepon genggam pintar.
"Kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama. Kalau semua pihak bekerja keras bersama-sama, insya Allah data kemiskinan dan pengangguran akan ada perbaikan dari waktu ke waktu," ujarnya.
Umi Rohmmi menegaskan sudah saatnya UMKM NTB go digital. Sebab, dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, UMKM akan lebih produktif, sehingga akan berpengaruh pada penurunan angka kemiskinan dan pengangguran.
"Sebaik apapun produk kita, sebaik apapun UMKM kita, tidak akan berarti apa-apa kalau tidak memanfaatkan teknologi," ucapnya pula.
Menurut dia, kecanggihan teknologi telepon genggam ibaratnya dunia yang sudah berada di dalam genggaman. Kondisi tersebut harus dijadikan peluang untuk melakukan hal-hal produktif.
"Tidak ada artinya, produk kita indah kalau kita hanya ribut-ribut di dalam daerah kita saja. Kita harus mamanfaatkan telepon genggam untuk mempromosikan UMKM skala nasional dan internasional," kata Umi Rohmi.
Untuk itu, ia berharap seluruh pelaku UMKM NTB dapat melakukan perencanaan dengan baik guna meningkatkan produktivitasnya.
Sementar itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTB, Hj Niken Saptarini Widiyawati Zulkieflimansyah, menyebutkan tidak semua UMKM mengikuti perkembangan zaman.
Sampai saat ini, kata dia, sekitar 36 persen UMKM di Indonesia masih "offline" atau tidak menggunakan informasi digital. Bahkan, baru sekitar 8 persen UMKM yang menggunakan digital penuh, mulai dari memasarkan hingga pembayaran.
"Itu memerlukan waktu dan komitmen serta kerja sama semua. Banyak potensi yang bisa dipasarkan melalui internet," kata istri Gubernur NTB Dr Zulkieflimansyah itu.